Advertorial
Intisari-Online.com – Stephen P. Barry, pelayan Pangeran Charles menuturkan pengalamannya selama dua belas tahun melayani Pangeran.
Pengalamannya tersebut dikisahkan dalam buku Stephen P. Barry: Royal Service, my twelve years as valet to Prince Charles and Royal Secrets, seperti pernah dimuat MajalahIntisariedisi Mei 1987.
Berikut ini penggalan-penggalan kisahnya.
Saya ikut dalam perjalanan bulan madu Pangeran dan Putri Wales yang makan waktu empat belas hari.
Kami mengalami saat-saat menggembirakan selama pelayaran dengan Britannia itu.
Namun, sepulang dari bulan madu, saya menyadari betapa banyaknya hal yang tidak perlu saya kerjakan lagi sekarang.
Sebagai pria beristri, banyak keperluan pangeran kini diurus oleh Putri Wales dan para pelayannya.
Saya tak perlu lagi membangunkannya pagi-pagi, membawakan sarapannya, merancang menu untuk hari itu, memilihkan pakaian, sepatu dsb.
Saya cuma melihat pangeran untuk mengambil surat-suratnya menjelang siang dan kadang-kadang bertemu lagi sebentar sore hari, kalau ia berganti pakaian untuk pergi.
Banyak orang mengira saya bertengkar dengan putri, padahal tidak benar demikian.
Kami tidak cukup dekat untuk bertengkar, walaupun pada awal hubungan mereka saya termasuk orang dekat.
Di masa itu, kalau Lady Diana melakukan sesuatu yang 'benar', saya akan mengangguk kepadanya dan kalau tampaknya ia akan melakukan langkah yang salah, saya berdehem perlahan.
Lady Diana menangkap isyarat saya dengan cepat dan tampaknya ia tidak pernah salah.
Namun, hal itu tentunya juga karena ada saling pengertian yang dalam antara Lady Diana dengan Pangeran Charles.
Hal lain yang membuat saya ingin mengundurkan diri ialah rasanya saya tak tahan lagi bepergian jauh-jauh dengan pesawat terbang.
Pangeran dan putri pun tinggal di Highrove yang jauh dari kota, padahal saya lebih suka kehidupan kota.
Jadi saya memutuskan akan menyerahkan surat pengunduran diri saya bulan Oktober 1981. Saat itu sudah dua belas tahun saya menjadi valet pangeran.
Sesuai dengan peraturan, permohonan untuk pengunduran diri saya ajukan enam bulan sebelumnya, supaya ada waktu untuk melatih pengganti saya.
Memang ada alasan lain yang tidak bisa saya kemukakan. Saya pikir, saat ini saya masih cukup muda untuk belajar hal-hal yang baru dengan bekerja di bidang lain.
Kalau saya menunggu beberapa tahun lagi mungkin saya sudah terlalu tua untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan lain.
Suatu sore di bulan Oktober 1981 saya datang kepada pangeran di kamar duduknya di Craiggowan House di Balmoral.
Saat itu putri sedang pergi ke London. Saya bisa melihat dari wajahnya bahwa ia tahu apa yang ingin saya katakan.
Setelah sekian lama ia mengenal saya sebaik saya mengenal dia. Kami telah melalui pelbagai perubahan bersama-sama, walaupun ia sebagai majikan dan saya pelayannya.
Ia meminta saya berpikir masak-masak dulu. Saya menuruti sarannya, tetapi ternyata keputusan saya sudah bulat.
Mengundurkan diri tidak mudah, apalagi dari kedudukan yang memungkinkan saya berhubungan langsung dengan pria yang kelak akan menjadi raja Inggris.
Saya rasa saya juga perlu memberi tahu sendiri Putri Wales. Kesempatannya tiba pada suatu hari Sabtu, ketika putri dan saya berada di dapur.
Di Craiggowan, kalau tidak ada tamu, makan siang sangat tidak formal. Kami mengambil makanan sendiri di dapur, bahkan sering langsung dari lemari es.
Putri bersandar ke meja dapur sambil makan yoghurt kesukaannya. Saya sedang membuat sandwich untuk saya sendiri.
"Apakah pangeran sudah memberi tahu Anda bahwa saya akan mengundurkan diri?" tanya saya.
Ia menyeringai dan berkata ragu-ragu, "Y-e-s." Lalu ia menambahkan. "Nanti orang bilang kita bertengkar hebat."
"Selama kita tahu bahwa kita tidak bertengkar, saya rasa tidak apa-apa," jawab saya.
Ia mengangguk dan menelan sesendok yoghurt lagi.
"Kapan kau akan pergi?" tanyanya "April nanti, masih lama." "Baik," katanya seraya menaruh tempat bekas yoghurtnya. "Saya mau jalan-jalan."
Baca juga: Ratu Elizabeth II Melotot Ketika Putri Diana Memilih Cincin Pertunangannya dengan Pangeran Charles
Pangeran Charles berkata kepada saya, "Kau tidak usah terburu-buru 'kan? Kau bisa tinggal lebih lama lagi."
Saya ragu-ragu sebentar, kemudian menjawab, "Tidak. Kalau Anda tidak keberatan."
Pangeran mengangkat bahu. "Terserah padamu, Stephen."
Keluar dari ruang duduk pangeran saya bertemu dengan putri.
"Selamat, Ma'am," kata saya.
Ia tersenyum lebar dan menepuk perutnya. "Menyenangkan, ya? Saya ingin punya anak banyak."
Selama enam bulan terakhir pangeran menaruh banyak perhatian pada masa depan saya. Hubungan kami sedikit demi sedikit berubah.
Dengan adanya calon pengganti pekerjaan saya semakin kurang, sehingga ia sering meminta saya duduk-duduk di kantornya sehabis sarapan.
Di masa yang lalu jarang saya duduk-duduk dengan pangeran.
Ia minta banyak informasi mengenai surat-surat pribadinya, yang selama ini saya urus, begitupun koleksi foto-fotonya yang saya buatkan katalog dan buku-bukunya untuk dikembalikan ke perpustakaan.
Baca juga: Kisah Puncak Kekecewaan Putri Diana Terhadap Pangeran Charles, Sungguh Bikin Nelangsa
Sebetulnya saya berniat minta diri pagi-pagi hari terakhir, tetapi Sabtu sore saya dipanggil masuk ke ruang duduknya. "Tutup pintu dan silakan duduk," katanya.
Saya merasa aneh sekali. Sudah sering saya melihat orang pamit kepada pangeran dan kini giliran saya sendiri.
Saya bisa memahami perasaan mereka. Saat ini mungkin untuk terakhir kalinya saya bisa bertemu dengan pangeran, padahal selama ini saya hampir selalu bersama dia.
Mungkin saya lebih mengenal wataknya, sikapnya, apa yang ia sukai dan tidak sukai daripada siapa pun juga di istana, termasuk keluarganya.
Ia menanyakan masa depan saya. Apakah saya sudah mempunyai pekerjaan.
"Saya akan belajar menjadi humas di Turnbull and Asser," kata saya.
"Saya akan membeli banyak kemeja dari kalian," katanya. Lalu ia terdiam.
"Waktu berlalu cepat sekali," katanya. Kami pun terdiam lagi. Rasanya banyak sekali rasa terima kasih saya kepadanya.
Baca juga: Pangeran Charles Masa Kecilnya Kurang Bahagia Karena Sering Ditinggal oleh Orangtuanya
"Pukul berapa kau akan pergi?" tanyanya.
"Pukul 10.00, sir," jawab saya lalu membungkuk dan meninggalkan ruangan. Saya masih melihat pangeran sekali lagi sore itu, ketika ia berangkat bersama putri ke stasiun. Saya mengantar mereka.
Tiba-tiba pangeran berbalik dan berkata, "Stephen, jaga dirimu baik-baik. Jangan ragu-ragu menghubungi saya, jika kau memerlukan sesuatu.”
"Terima kasih, Your Royal Highness," jawab saya.
"Selamat malam," katanya lagi.
Putri mengangguk dan mereka naik ke kereta. Sejak itu saya tidak pernah bertemu dengan mereka lagi.
Baca juga: Pangeran Charles Punya Dukun Tempatnya Berkeluh Kesah, Siapa Orang Spesial Itu?