Intisari-Online.com – Puncak kekecewaan Diana akhirnya terungkap melalui potongan cerita di Sunday Times dari buku Diana, Her True Story karangan Andrew Morton, pada bulan Juni 1992.
Isi buku tersebut tak hanya menggemparkan rakyat Inggris melainkari juga membuat miris pihak Istana Buckingham. Inti buku ini menggambarkan Charles sebagai suami tidak setia.
Rahasia sudah terkuak, Charles dan Diana secara implisit telah mengisyaratkan persetujuan atas sebuah perpisahan, bukan perceraian.
Melalui serangkaian perundingan mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan soal pribadi, keluarga dan konstitusi, akhirnya pada tanggal 9 Desember 1992 PM Inggris John Mayor mengumumkan perpisahan Pangeran dan Putri Wales.
Menurut sebuah versi telaah psikologis, perpisahan sebetulnya tak perlu terjadi jika saja Charles berhasil membujuk Diana untuk memberinya kepercayaan di saat-saat sulit dalam periode 1982 - 1986 itu.
Baca juga: Putri Diana Ternyata Punya Alat Bantu Seksual Kesayangan, Sering Dibawa ke Luar Negeri
Sebaliknya, Diana dinilai terlalu posesif atas Charles. Mengapa? Harap dimengerti, Diana berasal dari keluarga yang pecah.
Orang tuanya cerai ketika ia baru berusia enam tahun, dan sejak itu tidak pernah memberikan perhatian padanya, sibuk mengurusi anak masing-masing hasil perkawinan kedua. Ia sekadar tak mau mengulang trauma buruk itu, yang akhirnya justru kembali.
Charles dikritik karena terlalu egois, kurang menunjukkan kehangatan terhadap Diana. Charles juga iri dengan kepopuleran istrinya yang menjadi tokoh dunia.
Selama perkawinannya, Charles tidak mampu mendiskusikan masalah perkawinannya dengan orangtuanya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR