Advertorial
Intisari-Online.com – Di peta arkeologi daerah Kappadozia masih ada bagian yang "putih": sejak 16 tahun yang lalu kalau pemerintah di Ankara mempunyai uang untuk mengongkosi para pekerja lokal, digaliIah kota di bawah tanah yang sudah tidak berpenghuni, di daerah Derinkuyu, Kaymakli, dan Oezkonak.
Orang-orang tua bercerita, bahwa ada banyak kota di bawah tanah yang terowongannya saling berhubungan. Siapa pembuat kota bawah tanah itu tak ada seorang pun yang tahu. Di depan pintu masuk bagian yang sudah. digali, dibuat sebuah loket untuk membeli karcis masuk.
Di Derinkuyu, sampai sedalam 55 meter dipasang lampu, sedangkan di Kaymakli dibangun sebuah diskotik untuk para turis. Orang dapat menikmati Coca-cola di bawah tanah.
Oemer Demir, seorang tukang kayu, arkeolog amatir, pustakawan dari Derinkuyu telah membuat sketsa yang indah, namuri tidak tepat, mengenai 40 tempat di bawah tanah. Semua tempat yang ditulis itu belum diselidiki, seperti juga ketiga kompleks penggalian di atas.
Baca juga: Inilah Io, Satelit Planet Jupiter yang Memiliki Banyak Gunung Berapi
Para arkeolog juga dikritik, karena penggalian dilakukan serampangan. Sebuah majalah arkeologi "Turk Arkeoloji Dergisi" pada tahun 1967 menganjurkan, agar penggalian di kemudian hari dilakukan lebih cermat.
Namun anjuran itu rupanya sia-sia. Sebab ketika diadakan penggalian di bulan September 1980 di Derinkuyu, para arkeolog sama sekali tidak hadir. Satu-satunya arkeolog yang ada hanyalah Erich von Daeniken, yang sejak tahun 1970 telah mengadakan penggalian sebanyak dua kali untuk menemukan jejak "manusia hijau yang kecil".
Penyelidikan yang dilakukannya tak menghasilkan apa-apa. Seorang arkeolog amatir dari Jerman yang patut dicatat adalah Dr. Martin Urban, pensiunan ahli ilmu bumi, berusia 63 tahun. La menulis satu-satunya buku mengenai kerajaan di bawah tanah ini.
Dari tesisnya yang patut dicatat: konon tempat itu adalah benteng bangsa Phrigia. Benteng dibangun untuk menghadapi bangsa Asiria pada tahun 700 sebelum Masehi. "Kemungkinan besar benteng itu merupakan benteng yang paling unik, paling besar, dan luas di zaman prasejarah."
"Menurut pramuwisata, tempat itu mungkin juga merupakan tempat pembuatan anggur bangsa Hethiter atau^'katakombe'' yang dibangun orang-orang Kristen pertama.
183 orang bekerja di luar negeri
Karain adalah sebuah kota di daerah Kappadozia yang jarang dikunjungi turis, walaupun Karain terletak dekat Uerguep atau kira-kira 2 kilometer dari jalan ke Kayseri.
Karain adalah sebuah desa kecil khas Kappadozia yang mempunyai kapel-kapel atau kota-kota bawah tanah, sama seperti Uechisar, Avcilar, Cavusin, Avanos, Mustafapasa, Soganli, Kaymakli, atau Derinkuyu.
Baca juga: Awas! Selain Merapi, Inilah 4 Gunung Berapi Paling Aktif di Pulau Jawa
Jarang sekali orang menelusuri terowongan dan ruangan-ruangan dalam batu karang sampai di atas. Dari situ ia dapat menghitung gedung-gedung yang ada di Karain, yang menurut orang-orang di kedai minum terdiri dari: 3 buah mesjid, 300 rumah, sebuah monumen Kemal Ataturk, sekolah-sekolah dasar, gedung, kotapraja, kantor pos, bank cabang, perpustakaan-perpustakaan, rumah sakit, kuburan lama dan baru, tanah-tanah luas yang ditanami gandung, kentang bawang, semangka, apel, dan anggur.
Karain adalah sebuah tempat yang kaya, kata pria-pria pengunjung kedai minum dengan bangga. Inan Hueseyin menambahkan pula, bahwa semua orang Karain dapat membaca dan menuJis. "Orang Kafain; 100% bebas buta huruf!" katanya bangga.
Siang itu tidak semua pria hadir di kedai minum untuk menikmati teh, air jeruk, main domino, blak-gammon, atau main kartu lainnya.
Sebab 20 orang pria bekerja di Jerman, 23 orang di Prancis, 30 orang di Belanda, 100 orang Swedia, dan 10 orang di Australia. Jumlah semuanya 183 orang. jumlah tersebut tentu saja banyaks ekali artinya bagi sebuah kota yang hanya terdiri dari 300 keluarga.
Baca juga: 10 Danau Gunung Berapi Paling Menakjubkan di Dunia, 2 di Antaranya Ada di Indonesia Lho!
Inan Hueseyin becerita sambil menambah tehnya, bahwa ia telah bekerja selama 10 tahun di Nuernberg, Jerman Barat. Sekarang, anak laki-lakinya yang berusia 19 tahun mendapat izin kerja di Swedia selama 3 bulan.
Pemuda itu memperoleh dua pekerjaan sekaligus, yaitu sebagai seorang pelayan restoran di siang hari dan sebagai pelayan Hotel di maiam hari. Inan Hueseyin memperkirakan anaknya akan membawa uang sebesar 400.000 lira; yang.berarti 8.700 mark.
Itu berarti 100.000 lira dalam sebulan. Jumlah tersebut sungguh hebat, sebab 100.000 lira 'adalah jumlah" yang besar yang bisa memenuhi kebutuhan setahun bagi keluarga yang terdiri dari 5 jiwa.
Inan Hueseyin bukanlah seorang yang miskin, sebab ia menanamkan uangnya di dua buah rumah sewa di Kayseri. Ia pun mempunyai sebuah taksi.
Baca juga: Erupsi Gunung Agung: Apakah Debu Letusan Gunung Berapi Berbahaya Bagi Pesawat Terbang?
Sumber kanker
Inan Huescyin cukup kaya, namun ia menghendaki anak laki-lakinya keluar dari Karain dan meneruskan pelajarannya. Sebab Karain adalah sebuah kota yang tidak sehat. "Batu di sini membuat orang jatuh sakit," kata Inan Huescyin.
Istri pertama Inan Hueseyin sendiri meninggal dalam usia 42 tahun. Ayahnya dalam usia 48 tahun, sedang kakeknya pada usia 49 tahun. Kakak laki-laki Inan Huescyin juga meninggal dalam usia yang muda, yaitu 19 tahun. Penduduk Karain banyak yang meninggal akibat terserang kanker.
Tujuh tahun yang lalu, ahli statistik mencatat, bahwa angka kematian akibat kanker payudara (Pleuralmesothcliom) besar sekali. Profesor Izzettin dari Universitas Haccttepe berkata, "Biasanya hanya ada satu kasus kanker seperti itu dari 1 juta orang, tapi di Karain terdapat 14 kasus kanker seperti itu pada 800 orang penduduk."
Setelah diselidiki selama empat tahun lamanya, ditemukan penyebab penyakit itu: zeolit, garam silikat gunung yang berbentuk jarum dan besarnya hanya 0,2 mikro meter, ditemukan di batu dan jaringan paru-paru para penduduk di Karain.
Tempat-tempat lain yang juga terkena adalah Tuzkoey, Sarihidir, bebcrapa tempat di Uerguep beberapa tempat di Bozca, beberapa tempat di Akcaoeren, dan beberapa tempat di Kozlaca.
Akhir tahun 1980, pemerintah menganjurkan untuk mengosongkan Tuzkoey dan Karain. Tapi anjuran itu tak pernah dilaksanakan. Orang-orang tidak ada yang mau meninggalkan tempat tinggal mereka.
"Harga sebuah rumah baru 2 ½ juta lira," kata Cevat Cimcn dari Tuzkocy, "dari mana kami memperoleh uang sebanyak itu?" Orang-orang di kedai minum di Karain berkata, "Kami telah seribu tahun tinggal di sini dan kami masih ingin tinggal di sini seribu tahun lagi!"
Baca juga: 7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Tak Terbayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi
Meskipun demikian, Inan Hueseyin telah membangun sebuah rumah baru dari beton, agar ia terhindar dari penyakit kanker. Rumahnya yang lama di daerah Kappadozia, yang berasal dari batu karang yang digali, telah hancur.
"Saya tidak pernah masuk ke rumah itu lagi," kata Inan Hucscyin. Rumah Inan Hueseyin yang baru terlctak kira-kira 1.00 meter dari rumah lamanya.
Terpaksa ganti nama
Inan Hucscyin adalah satu-satunya orang dari Karain yang telah melihat gereja-gereja,kapel-kapel, dan kota-kota bawah tanah Kappadozia. Sebab ia suka mengantar para turis dengan taksinya.
Para turis yang datang ke Kappadozia tidak ada yang diantar ke Nuerguez, karena di sana tidak ada obyek yang menarik. Nuerguez terletak di pinggir Kappadozia, tapi tempat itu tidak akan kita temui pada peta.
Baca juga: Setiap Tahunnya Gunung Berapi Membunuh 540 Orang, yang Paling Mematikan Ternyata Ada di Indonesia
Letaknya di sebelah kanan bukit, di tepi jalan antara Aksaray — Ankara. Papan penunjuk jalan juga tidak ada kita temui. Nuerguez tidak begitu istimewa. Keadaan di tempat ini sama saja dengan desa-desa petani Islam yang lain di Anatolia, scperti di Dubrovnik atau Peshawar.
Di Nuerguez terdapat 160 rumah yang berdiri rapat satu sama lain dan terbuat dari tanah liat. Tentu saja di sana ada mesjid, tapi di sana tak ada telepon atau warung. Orang asing akan dijamu di rumah para penduduk dan dipersilakan duduk di lantai.
Orang asing akan mendapat bantal yang terempuk dan duduk di atas permadani yang paling tebal. Orang asing-akan disuguhi teh yang terbaik. Di dinding rumah tergantung gambar Ataturk dan di sampingnya terpampang gambar baru Jenderal Evren.
Nuerguez menjadi istimewa, karena diterbitkannya sebuah buku tentang tempat ini dengan judul "Sebuah Desa di Anatolia". Buku itu ditulis oleh seorang guru muda Turki yang bernama Mahmut Makal pada tahun 1950.
Baca juga: Hindari Perburuan oleh Manusia Ikan-ikan Ini Terpaksa Berlindung di Kawah Gunung Berapi Bawah Laut
Mahmut Makal adalah guru pertama di desa Nuerguez. Sebelum Mahmut Makal datang, desa itu belum mempunyai sekolah. Buku itu menceritakan kehidupan desa yang sederhana. Di buku itu diceritakan tentang harga sekotak korek api, kesulitan-kesulitan yang dihadapi ketika membajak tanah dengan seekor lembu jantan atau keledai, tentang anak-anak yarig berjumlah 65 orang; tapi hanya satu orang yang tahu, apa madu itu.
Juga diceritakan dalam buku itu tentang radio petama desa, tentang para imam yang membenci sekolah, dan tentang dinginnya musim salju.
Keadaan yang digambarkan di buku itu telah menggemiparkan Istambul dan Ankara. Mahmut Maskal yang berusia 19 tahun ditangkap. la dituduh sebagai seorang"komunis"." Nama Nuerguez kemudian diubah menjadi Yeniyuva.
Pemerintah memang telah mengganti nama desa itu tapi orang-orang masih saja menyebutnya "Nuerguez".
Baca juga: 7 Negara yang Paling Berisiko Alami Letusan Gunung Berapi, Ternyata Indonesia Jadi Nomor 1
Barang siapa sudah membaca buku itu, pasti ia akan melihat adanya perubahan di desa itu: jika pada tahun 1950 di sana hanya terdapat sebuah, radio, sebuah sumur tanpa traktor sebuah pun, maka di tahun 1981, di sana terdapat 75 pesawat televisi, 50 traktor, 11 truk, 4 sumur, dan sebuah taksi.
Sekolah mini di bawah pimpinan Harun Demir yang berusia 24 tahun, mempunyai lantai, bangku, dan meja sederhana, serta beratap. Orang-orang Yeniyuva bervkata, bahwa mereka bahagia.
Di sana tak banyak penduduk pria. Sebab 65 orang penduduk prianya bekerja di Jerman; 15 orang di Austria, 10 orang di Belanda dan 2 orang di Libya.
Setelah kunjungan selesai, ucapkanlah terima kasih atas suguhan teh mereka. Tak guna menawarkan rokok kepada para penduduk di sana. Tinggalkan desa Yeniyuva, teruskan pcrjalanan ke lain tempat.
Karena seperti yang dikatakan tadi, desa Yeniyuva ini tidak punya apa-apa. (Intisari Juni 1982)