Advertorial
Intisari-online.com - Dari banyaknya pekerjaan yang ada di dunia ini, mungkin Anda tidak pernah tahu, jika beberapa d iantaranya ada pekerjaan yang cukup menakutkan.
Salah satu pekerjaan tersebut adalah ressurectionist, pekerjaan ini begitu populer pada abad ke-19.
Dibalik popularitas dari pekerjaan ini, orang-orang justru menjadikan pekerjaan ini sebagai sebuah kejahatan dan perampokan atas mayat manusia.
Namun, untung saja pekerjaan mengerikan ini sekarang sudah tidak ada. Sebab pada masa itu pekerjaan ini juga disalahgunakan untuk pembunuhan dan perampokan.
Baca Juga :Bila Atlet Indonesia Dapat Medali Emas di Asian Games, Inilah Deretan Bonus yang Mereka Dapatkan
Waktu ini pekerjaan ini menjadi sesuatu yang menjanjikan, sebab studi anatomi terkemuka di Eropa sedang melakukan pengamatan langsung dengan cara membedah mayat.
Nah, yang menjadi kendala saat itu adalah, tidak adanya mayat manusia dalam jumlah banyak yang bisa digunakan untuk kebutuhan penelitian ini.
Padahal studi ini membutuhkan banyak mayat manusia untuk dibedah dan diteliti secara langsung.
Untuk itulah muncul orang-orang yang mengaku bekerja sebagai penjual mayat dan profesi mereka disebut dengan ressurectionist.
Resurrectionist akan menggali mayat dari kuburan dan menjualnya ke sekolah-sekolah medis yang membutuhkannya.
Kontroversi atas praktik ini datang, ketika ada penemuan kejahatan yang dilakukan oleh pembunuh berantai abad ke-19 William Burke dan William Hare.
Baca Juga :Kisah Wotjek, Beruang yang Jadi Angota Militer Polandia di Perang Dunia II
Kedua "pria kebangkitan" ini tidak bisa menunggu orang-orang meninggal untuk sekadar mendapatkan tubuh.
Mereka benar-benar membunuh orang-orang untuk menjual mayat mereka dan menawarkannya ke seorang instruktur di sekolah anatomi swasta Edinburgh, menurut New York Academy of Medicine.
Setidaknya mereka berhasil memperoleh upah sebesar 8 Poundsterling (Rp151 Ribu), hingga 14 poundsterling (Rp264 ribu) untuk setiap tubuh yang dijual.
Harga tersebut cukup mahal pada waktu itu mengingat bayaran itu diterima pada tahun 1828.
Mayat-mayat tersebut dikirim kepada seorang dokter bernama Robert Knox.
Setelah kedua pembunuh ini ditangkap, mereka ditangkap dan negara mengubah sanksi terhadap perdagangan mayat-mayat manusia.
Selanjutnya kedua orang ini dijatuhi hukuman gantung dan dieksekusi dihadapan warga sebagai balasan atas kejahatan mereka.
Baca Juga :Kalashnikov Luncurkan Senapan Serbu Terbarunya AK-308, Lebih Hebat dari AK-47?