Intisari-Online.com -Nicholas Green baru berusia tujuh tahun ketika para penjahat menembaknya dalam sebuah liburan keluarga horor di Italia, 1994.
Orangtuanya yang begitu ikhlas, Maggie dan Reg, memutuskan untuk mendonorkan hati Nicholas kepada Andrea Mongiardo.
Ia adalah remaja Italia yang sangat membutuhkan transplantasi.
Tindakan kebaikan orangtua Nicholas membuat Andrea hidup hingga dua dekade, persisnya 22 tahun, hingga kematian menjempunya Februari 2017 lalu.
Itu artinya, jantung Nicholas baru benar-benar berhenti 23 tahun setelah kematian empunya.
Tapi orangtua Amerika itu tidak berhenti di situ—organ Nicholas juga berhasil menyelamatkan lima orang Italia lainnya. Sementara kornea matanya menyelamatkan dua lainnya.
Aksi tersebut, serta ketakutan nasional terhadap ancaman pembunuhan acak menyasar anak-anak, menyebabkan aksi donor di Italia meningkat tiga kali lipat dalam satu dekade.
Hal itu dipuji sebagai “Nicholas Effect” alis “Efek Nicholas”.
***
Tragedi penyerangan itu terjadi pada Oktober 1994 saat keluarga Green berkendara melewati Italia selatan menuju apartemen mereka di Sisilia. Ya, Sisilia yang terkenal dengan mafianya itu.
Maggie tertidur di depan sementara dua anaknya, Nicholas dan Eleanor, yang saat itu berusia empat tahun, tertidur di belakang.
Reg sudah merasakan kecemasan saat ada mobil memepetnya, tapi ia berasumsi, itu pasti mobil polisi.
Namun, alih-alih menyalipnya, sebuah motor berhenti persis di sampingnya dan pengemudinya tiba-tiba membentak. Dengan marah, mereka menyuruh Reg berhenti.
(Baca juga:Luar Biasa, Seniman Mesir Ini Lukis Al-Quran Sepanjang 700 Meter, 2 Kalinya Menara Eiffel)
Reg, dengan ketakutan, terus menggeber mobilnya. Ia ingin keluarganya tetap aman.
Beberapa detik kemudian, sebuah peluru menembus kaca mobil bagian belakang sementara peluru kedua memecah kaca depan.
“Bagaimana peluru itu tidak mengenai kami saya tidak pernah tahu,” ujar Reg, sekarang 88, kepada The Telegraph.
Usut punya usut, gerombolan perampok itu merupakan sindikat pencuri perhiasa dan mengira mobil yang disewa Reg digunakan untuk mengantarkan perhiasan.
Setelah serangan itu, mobil itu melaju menembus malam.
Tidak sadar bahwa bila salah satu peluru mengenai si sulung, sebuah ambulan menyetop mobil Reg.
“Ketika kami membuka pintu belakang dan menyalakan lampu, saya melihat tangan Nicholas terkulai dan ada bekas muntahan di dagunya. Dia tidak bergerak,” kenang Reg.
Sementara adiknya yang tidur nyenyak juga tertembak di bagian belakang kepala, tapi ia tidak menjerit.
“Dalam kematian, seperti halnya dalam kehidupan, tidak ada masalah bagi kami,” ujar Reg.
“Untuk pertama kalinya kami menyadari sesuatu yang mengerikan telah terjadi. Melihatnya seperti itu merupakan saat paling suram yang pernah saya alami,” tambahnya kepada BBC.
“Saya pikir Meggie yang bilang: ‘Sekarang dia sudah pergi, bukankah seharusnya kita menyumbangkan organya?’” cerita Reg kepada Telegraph.
“Sampai saat itu, saya hanya bersedih. Bagaimana saya bisa menjalani hidup tanpanya?”
Reg menambahkan bahwa keputusan mendonorkan organ anaknya itu sebagai cara untuk “meredakan kengerian” kematian anaknya.
Empat dari penerima organ itu adalah remaja sementara dua lainnya adalah orangtua dari anak yang masih kecil.
Andrea, yang waktu itu masih 15 tahun, telah melakukan lima kali operasi pada hatinya, dan semuanya gagal.
Domenica mendadak buta dan belum pernah sekalipun melihat wajah bayinya.
Olahragawan Francesco juga buta dan tidak bisa melihat anak-anak bertanding.
Dua remaja, Tino dan Anna-Maria, pernah menjalani cuci darah selama bertahun-tahun dan tidak tahu apakah mereka akan tetap hidup hingga dewasa.
Silvia, penderita diabetes, yang telah berkali-kali koma, menjadi buta dan tidak bisa berjalan sendiri.
Maria Pia, 19, mengalami kegagalan hati dan berada dalam fase koma terakhirnya—ibu dan saudara laki-lakinya juga meninggal akibat hati.
Media Italia lalu melacak setiap kotak es yang berisi organ transplantasi ke penerimanya saat negara itu mendukung aksi donor organ itu sebagai kehormatan untuk Nicholas.
“Di rumah sakit yang sunyi di Messina,” ujar Reg, “orang-orang ini sangat berharga bagi kami; jumlah yang ada pada daftar tunggu tak bisa digambarkan.”
“Nicholas adalah laki-laki yang baik hati yang selalu mencari yang terbaik dalam hal-hal demikian, ketika Anda bersamanya, Anda selalu ingin menjadi yang terbaik,” tambah Reg kepada BBC.
“Saya tahu bahwa pada usia 7 tahun dia mungkin tidak dapat memahaminya, tapi saya tahu, saat dia dewasa, inilah yang dia ingin kami lakukan—tak ada keraguan.”
Jantung Nicholas kemudian meluncur ke Andrea. Tinggal di Roma, yang bolak-balik keluar-masuk rumah sakit.
Setelah Transplantasi, Andrea berhasil melanjurkan hidupnya hingga dua dekade kemudian—dan meninggal karena limfoma pada Februari tahun ini.
“Jantungnya masih berfungsi,” ujar dokter lamanya kepada Reg. “Tapi paru-parunya sangat fibrotik karena toksisitas obat terkait dengan pengobatan kemoterapi yang diterima tiga tahun lalu.”
“Penyebab akhir kematian adalah gagal pernapasan.”
(Baca juga:Biar Gak Malu Saat Masuk Starbucks)
***
Masih belum jelas, apakah pembunuh Nicholas seorang perampok, atau pembunuh bayaran yang menyerang mobil yang salah identifikasi.
Menurut laporan, salah seorang pelaku disebut punya hubungan dengan jaringan mafia.
“Pembunuhan bocah Amerika berusia tujuh tahun di sebuah negara di mana kematian dengan kekerasan biasa terjadi di Italia telah membuat Italia jadi sorotan dunia,” Times melaporkan.
Reg, kepada BBC, mengatakan bahwa penjahat Italia jarang membunuh anak-anak karena itu akan menghadirkan penyelidikan besar-besaran oleh kepolisian.
Dalam kasus Nicholas, perburuan nasional langsung dilakukan, dan berhasil menangkap dua orang: Francesco Mesiano dan Michele Iannello.
Reg percaya bahwa gagasan tentang anak yang tidak bersalah ketika liburan membuat hati banyak orang Italia bersedih, dan sumbangan organ adalah cara untuk menebusnya.
“Mungkin mereka tidak sadar betapa jarangnya isyarat itu di negara kita,” kata Gregorio Botta, seorang kolumnis La Repubblica.
“Mungkin mereka tidak sadar bahwa separuh anak-anak dengan penyakit jantung di Italia tidak berhasil dan meninggal saat menunggu transplantasi.”
Pada 1993, setahun sebelum tragedi Nicholas, 6,2 orang per satu juga menyumbangkan organnya—namun pada 2006, jumlahnya mencapai 20 orang per satu juta.
Pada 1999, Italia berpindah ke sistem opt-out—artinya bahwa ketika seseorang meninggal, diperkirakan organ mereka akan disumbangkan kecuali jika mereka telah menentukan yang lain.
(Baca juga:Sahabat Soekarno Ini Pernah Menghadapi 638 Kali Percobaan Pembunuhan dan Semuanya Gagal, Apa Rahasianya?)
Portugal, Prancis, Yunani, dan Spanyol, juga menggunakan sistem opt-out, sementara AS dan Inggris (selian Wales) melaksanakan sistem ini secara berkesinambungan.
Reg, yang kembali ke Italia setiap tahunnya, menyebut kenaikan ini sebagai sesuatu yang “menakjubkan”.
Ia ingat bahwa ada beberapa yang tersenyum dan yang lainnya merasa emosional—dan mengaku senang mengetahui bahwa mereka telah mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.
Reg dan Maggie menikah pada April 1986, kemudian memiliki bayi kembar Laura dan Martin—yang akan berusia 21 di Mei ini—untuk memastikan Eleanor tidak tumbuh sendiri.
Meski selalu merasakan “kesedihan” yang takkan hilang, Reg merasa bersyukur tujuh organ yang disumbangkan anaknya menyebabkan ribuan orang hidup hari ini.