Pensiun Dini, Kuda Pacu Ini Malah Alih Profesi Jadi Pelukis, Harga Lukisannya Capai Jutaan Rupiah

Ade Sulaeman

Editor

Metro sedang melukis.
Metro sedang melukis.

Intisari-Online.com – Cedera dan tidak bisa membalap lagi tak membuat Metro, kuda pacu, asal Inggris ini terlunta tak bermakna.

Bahkan melalui kepandaiannya melukis ia bisa menghidupi dirinya sendiri.

(Baca juga: [Video] Pertarungan Seekor Kuda Liar Melawan Buaya, Siapa Pemenangnya?)

Sebuah cermin bagi kita, yang dibekali anugerah teramat banyak dari Tuhan, untuk tidak menyerah dengan keadaan.

Metro pernah dijuluki sebagai meteor karena kecepatan larinya. Dia memenangkan delapan balapan dan total uang hadiah sebesar AS$300.000 (sekitar Rp3,9 miliar) di tempat bergengsi. Belmont Park.

Metro si kuda pelukis saat membalap serta ketika cedera
Sayang, cedera pada tulang lututnya membuat ia pensiun dini dari arena lomba.

(Baca juga: Bagaimana Rasanya Menunggangi Kuda Kesayangan Prabowo, Pak Jokowi?)

"Kami sedang mencari kuda yang bisa ditunggangi Wendy dan mungkin lugu," kata Ron. "Kami menemukan Metro yang mengalami cedera saat balapan dan tanpa menawar langsung kami beli," kata Ron.

Butuh beberapa bulan bagi Metro untuk proses penyembuhan. Bahkan perlu sepatu kuda khusus untuk sementara waktu.

Metro si kuda pelukis sedang melukis diamati oleh pork chok
Pada 2012, dari sinar-X ketahuan bahwa sendi lututnya menutup. Dokter hewan mengatakan bahwa kejadian itu bisa berlangsung dalam waktu dua tahun. Selama itu kuda kesulitan bergerak.

(Baca juga: Pulau Ini Penduduknya hanya 30 Orang Namun Jumlah Kuda Poni di Sana Mencapai 1.500 Ekor)

"Saya tidak ingin membiarkan hal ini terjadi, jadi saya berpikir bagaimana kami bisa menghabiskan waktu bersama selama itu," kata Ron.

Ron telah mengamati bahwa Metro suka menggelengkan kepalanya untuk mencari perhatian. Juga suka mengangkat barang-barang dengan mulutnya.

Hasil lukisan Metro.
Sebagai seniman profesional, Ron berpikir apakah Metro bisa diajari untuk memegang kuas dan belajar melukis.

"Saya mengajari dia untuk menyentuh kanvas dengan hidungnya sebagai sebuah terapi pengobatan dan ‘memegang’ sikat cat," kata Ron.

"Dia hanya menyentuh kuas ke kanvas dan lalu menjatuhkannya. Rasanya akan menjadi akhir dari upaya ini. Beruntung bagi kami, dia mulai membuat goresan naik turun dan sepertinya menikmati."

Metro segera menciptakan karya-karya yang dinilai Ron cukup bagus untuk dijual di galeri lokal. Empat lukisan pertama terjual habis pada minggu mereka dipajang.

Gaya lukis Metro yang tak terkendali mengingatkan akan gaya lukis Jackson Pollock, pelukis yang terkenal dengan teknik percikan dan tetesannya.

"Goresan kuas Metro tidak bisa dilakukan manusia, karena dia tidak memikirkan apa yang akan dia lakukan sebelum melakukannya. Sapuannya tebal, acak, dan terkadang pecah, sehingga memungkinkan warna lain muncul. Semuanya tertuang dalam kanvas," kata Ron.

Kemampuan Metro yang tidak biasa ini menarik perhatian TV lokal di Gettysburg, Pennsylvania, dan ceritanya diangkat secara nasional. Pada 2014, ada 150 orang yang menunggu daftar karyanya.

Penjualan lukisan itu bisa membantu biaya pengobatan Metro yang merupakan pengobatan eksperimen terbaru. Dokter hewannya menciptakan sebuah teknik yang disebut Tidren, yang mampu memasukkan obat langsung ke lutut Metro.

"Dalam beberapa bulan, hasil sinar-X menunjukkan bahwa pertumbuhan tulang telah berkurang. Ini membuat umur hidupnya bertambah beberapa tahun," kata Ron.

Ron dan Wendy menjaga Metro dan kuda mereka yang lain, Pork Chop, di sebuah kandang yang berjarak sekitar 6,4 km dari rumah mereka. Mereka menyambangi kandang itu lima hari seminggu dan dua hari di antaranya Ron dan Metro melukis.

"Metro telah memiliki studionya sendiri," kata Ron.

"Saya berusaha mengajari Pork Chop untuk melukis, namun sepertinya ia tidak tertarik."

Ron bertindak sebagai sutradara dan sekaligus asisten Metro. Dia mengambil cat dan memasangkan kuas sebelum menyerahkannya ke Metro yang kemudian membuat goresan.

"Saya selalu berdiri di sebelah kirinya sehingga dia melukis dari kiri ke kanan. Jika saya menyerahkan sikatnya ke sudut kanan atas, ke sanalah dia akan mencoretkan kuasnya."

Selama 20 menit sesi melukis itu, Ron dan Metro akan melukis pada tiga atau empat kanvas sekaligus.

"Kita akan menghabiskan dua menit pada satu kanvas dan kemudian berpindah ke kanvas yang lain. Metro cenderung melumuri semuanya bareng-bareng lalu menunggu kering. Lalu dilumuri lagi. Jadilah lapisan-lapisan di atas kanvas."

Metro, menurut Ron memiliki kepribadian ekstrovert. "Saya bisa mengeluarkan kuda-kuda di lapangan dan Metro akan berhenti makan rumput lalu tiba-tiba berdiri di depan kuda-kuda itu.”

Seperti Metro, seni bukanlah panggilan pertama Ron. Dibesarkan dalam keluarga nelayan yang menangkap salmon di Alaska, dia melanjutkan ke Angkatan Udara AS. Ia menjadi seniman profesional pada usia 40 tahun.

"Aku biasa melukis hewan peliharaan, yang sangat hidup dan terkendali. Ketika saya melukis dengan Metro, itu sebaliknya. Kita tidak bisa memprediksi apa yang akan dia lakukan ketika kuas sudah ada di mulutnya. Sebuah kekacauan namun terkendali."

Lukisan-lukisan Metro terus terjual dengan baik.

"Ada beberapa ukuran lukisan dengan harga mulai dari AS$50 (sekitar Rp650 ribu) sampai AS$500 (sekitar Rp6,5 juta). Per minggu bisa laku satu atau dua," kata Ron.

Ron dan Wendy menyumbangkan separuh pendapatan Metro untuk sebuah acara amal yang disebut New Vocations, yang melatih dan merumahkan kembali kuda balap. Sejauh ini mereka telah menyumbangkan AS$80.000 (sekitar Rp1,04 miliar), yang bisa membantu 50 sampai 60 kuda lainnya.

Meski sudah berusia 14 tahun, namun gairah Metro sepertinya tak melambat.

"Lukisan sangat menarik perhatian Metro," kata Ron.

"Kurasa dia tidak akan bosan."

Artikel Terkait