Penemuan ini bermula dan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Mamoru Tabata dan Prof. Yasuyuki Yamada di Fakultas Farmasi, Universitas Kyoto, Jepang, pada tahun 1974.
Mereka menemukan adanya shikonin pada kalus Lithospermum erythrorhizon. Penelitian ini lalu dilanjutkan oleh Yasuhiro Fujita dan rekan kerjanya dari pusat riset perusahaan Mitsui Petrochemical Industries di Jepang.
Baca juga: Nong Rose, Atlet Thai Boxing yang Hebohkan Thailand karena Suka Gunakan Bra dan Lipstik di Atas Ring
Penelitian yang dilakukan tahun 1981 itu memberi andil yang cukup besar, yaitu ditemukannya medium pertumbuhan yang paling cocok guna menghasilkan shikonin dalam jumlah banyak. Demikian pula pemberian hormon tanamannya.
Sumber nitrogennya harus cocok
Untuk berbagai keperluan metabolisme, sel-sel tanaman perlu nitrogen. Nah, ternyata sumber nitrogen yang cocok buat medium pertumbuhan sel-sel tanaman ini yaitu nitrat.
Kalau ada nitrat, maka shikonin bisa dihasilkan. Tapi, bila sumber nitrogennya diganti, misalnya dengan amonium, maka shikonin tidak diproduksi.
Baca juga: Wow! Bukan dengan Kuas, Perempuan Ini Melukis Menggunakan Alat Lipstik
Apabila amonium dicampur nitrat, shikonin juga tidak diproduksi. Padahal zat dari tanaman lain bisa dihasilkan bila sumber nitrogennya dari amonium.
Jadi, harus hati-hati, salah ambil sumber nitrogen, sel tanaman itu bisa ngambek, tidak mau menghasilkan shikonin.
Sel-sel jaringan tanaman itu dimasukkan dalam reaktor selama 21 hari, suhu diatur 25°C dan diaduk. Diberi medium dan hormon tertentu serta diatur pemasukan cahayanya.
Setelah 21 hari, sel-sel dipisahkan dari medium dan dikeringkan. Shikonin itu diekstraksi dengan alkohol (etanol).
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR