Ia mengatakan, guru harus kreatif mengembangkan metode-metode yang betul-betul bisa membangkitkan aktivitas, minat, dan semangat murid untuk belajar.
Muhadjir mencontohkan, jika dalam sehari ada tiga pelajaran masing-masing 45 menit, berarti yang digunakan untuk belajar sekitar dua jam.
Selebihnya digunakan untuk berbagai kegiatan seperti membaca buku dan mengaji.
"Yang tahu persis adalah guru, bagaimana pendidikan karakter yang sekarang sudah mulai ditatar oleh tenaga-tenaga ahli," katanya.
Ia mengatakan, jika nantinya membutuhkan kegiatan di luar ruang seperti mengunjungi museum, perpustakaan, atau pasar, bisa saja mata pelajaran hari itu ditangguhkan dan diberikan pada hari berikutnya sehingga dapat penuh untuk kegiatan kunjungan tersebut.
"Jadi, sekolah harus dibikin luwes, fleksibel, tidak boleh kaku, pelajaran juga tidak boleh terjadwal secara kaku karena yang terpenting sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang dicapai di dalam proses belajar mengajar itu," katanya.
Mendikbud mengatakan, jika guru dan kepala sekolahnya kreatif, siswa akan betah selama delapan jam di sekolah.
Terkait dengan pendidikan karakter, Menteri Muhadjir mengatakan, Presiden telah mengamanatkan dalam Nawa Cita, porsi pendidikan karakter bagi siswa SD sebanyak 70 persen sedangkan yang 30 persen untuk ilmu pengetahuan.
Sementara bagi siswa SMP, pendidikan karakter sebanyak 60 persen sedangkan penanaman ilmu pengetahuan sebanyak 40 persen.
Artikel ini pernah tayang di kompas.com dengan judul Mulai Juli, Sekolah Tak Boleh Kaku! Ini Penjelasan Mendikbud.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR