Intisari-Online.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, mulai tahun ajaran baru 2017-2018 akan dilaksanakan perintah Presiden Joko Widodo berupa reformasi pendidikan dalam rangka revolusi mental.
(Baca juga: Mendikbud Wacanakan Sistem Belajar 5 Hari Seminggu Untuk Siswa Indonesia)
"Mulai tahun ajaran baru nanti, guru-guru harus delapan jam berada di sekolah," kata Muhadjir saat membuka Pameran Pendidikan dan Peluncuran Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Sekolah Dasar di halaman Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (27/4/2017), seperti dikutip Antara.
Dengan demikian, kata dia, sekolah juga harus diselenggarakan minimum delapan jam.
Sebagai gantinya, lanjut dia, hari Sabtu dan Minggu tidak ada kegiatan di sekolah kecuali untuk kegiatan-kegiatan tambahan seperti ekstrakurikuler, Pramuka, atau latihan kepemimpinan.
(Baca juga: Latar Belakang Gagasan Full Day School Mendikbud)
"Silakan. Tetapi prinsipnya, hari Sabtu dan Minggu bukan merupakan jam dinas dari sekolah," katanya.
Mendikbud mengatakan, hal tersebut jangan disalahtafsirkan seolah-olah nanti anak-anak berada di kelas selama delapan jam atau ditambah mata pelajarannya.
"Bahkan, saya cenderung mata pelajaran SD dan SMP akan dikurangi. Jadi jumlah mata pelajaran dikurangi, tetapi jumlah kegiatannya semakin banyak," kata mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Dengan demikian, kata dia, murid akan menjadi aktif, bukan gurunya yang aktif karena menggunakan cara belajar siswa aktif atau CBSA.
Muhadjir mengatakan, melalui cara tersebut, pendidikan karakter akan jalan.
"Kalau pelajaran banyak gurunya yang ceramah, yang pintar gurunya bukan muridnya, paling enggak gurunya pintar ceramah. Kalau mau ceramah, di pengajian saja, di masjid, di gereja, tetapi untuk di sekolah guru tidak diridai kalau banyak ceramah," katanya.
Ia mengatakan, guru harus kreatif mengembangkan metode-metode yang betul-betul bisa membangkitkan aktivitas, minat, dan semangat murid untuk belajar.
Muhadjir mencontohkan, jika dalam sehari ada tiga pelajaran masing-masing 45 menit, berarti yang digunakan untuk belajar sekitar dua jam.
Selebihnya digunakan untuk berbagai kegiatan seperti membaca buku dan mengaji.
"Yang tahu persis adalah guru, bagaimana pendidikan karakter yang sekarang sudah mulai ditatar oleh tenaga-tenaga ahli," katanya.
Ia mengatakan, jika nantinya membutuhkan kegiatan di luar ruang seperti mengunjungi museum, perpustakaan, atau pasar, bisa saja mata pelajaran hari itu ditangguhkan dan diberikan pada hari berikutnya sehingga dapat penuh untuk kegiatan kunjungan tersebut.
"Jadi, sekolah harus dibikin luwes, fleksibel, tidak boleh kaku, pelajaran juga tidak boleh terjadwal secara kaku karena yang terpenting sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang dicapai di dalam proses belajar mengajar itu," katanya.
Mendikbud mengatakan, jika guru dan kepala sekolahnya kreatif, siswa akan betah selama delapan jam di sekolah.
Terkait dengan pendidikan karakter, Menteri Muhadjir mengatakan, Presiden telah mengamanatkan dalam Nawa Cita, porsi pendidikan karakter bagi siswa SD sebanyak 70 persen sedangkan yang 30 persen untuk ilmu pengetahuan.
Sementara bagi siswa SMP, pendidikan karakter sebanyak 60 persen sedangkan penanaman ilmu pengetahuan sebanyak 40 persen.
Artikel ini pernah tayang dikompas.comdengan judulMulai Juli, Sekolah Tak Boleh Kaku! Ini Penjelasan Mendikbud.