Advertorial

Gegara Subsidi BBM Malaysia Rugi Rp10 Triliun, Hal Sebaliknya Terjadi di Indonesia

Adrie Saputra
Adrie Saputra
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Menteri Keuangan Malaysia Lim Guang Eng menjelaskan total utang Malaysia mencapai 1.087 triliun Ringgit (Rp3.500 triliun).
Menteri Keuangan Malaysia Lim Guang Eng menjelaskan total utang Malaysia mencapai 1.087 triliun Ringgit (Rp3.500 triliun).

Intisari-Online.com - Perekonomian Malaysia sedang diujung tanduk.

Menteri Keuangan Malaysia Lim Guang Eng menjelaskan total utang Malaysia mencapai 1.087 triliun Ringgit (Rp3.500 triliun) dengan rasionya terhadap PDB lebih dari 60 persen.

Kabarnya utang tersebut berhilir pada kasus mantan Perdana Menterinya (PM) Najib Razak padaskandal mega korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB).

Polisi bahkan menggeledah rumah pribadi mantan Perdana Menteri Malaysia selama lebih dari 24 jam saat kasus itu berlangsung beberapa bulan yang lalu.

Baca juga:Efek Samping Media Sosial, Kenal Seminggu Langsung Dipaksa Berhubungan Intim

Hasilnya polisi menemukan 284 kotak berisi mulai dari uang hingga tas yang penuh perhiasan yang langsung disita.

Dilansir dari The Star, Polisi menyita 284 kotak berisi bermacam-macam barang mulai dari jam tangan, tas, perhiasan, hingga uang tunai dalam jumlah besar.

"Barang yang disita antara lain 284 kotak yang berisi tas. Personel kami memeriksa tas-tas ini dan menemukan berbagai mata uangdari Ringgit Malaysia hingga Dolar AS, jam tangan dan perhiasan dalam 72 tas," kata seorang petugas Kepolisian, Comm Amar.

Sekarang, Pemerintah Pakatan Harapan (PH) Malaysia telah memenuhi janji untuk mencabut Pajak Barang dan Jasa (GST).

Menteri Keuangan Lim Guan Eng mengatakan pendahulunya, mantan perdana menteri Najib Razak, telah menjatuhkan 6 persen GST dandampaknya membahayakan posisi keuangan negara.

Baca juga:Deretan Istri Pemimpin Dunia Paling 'Gila Belanja', Salah Satunya Istri Mantan PM Malaysia yang Terjerat Mega Korupsi

Lim lebih lanjut menunjukkan bahwa pemerintah baru di bawah Perdana Menteri Mahathir Mohamad membantu kelompok B40 dengan memperbaiki harga bensin dan solar RON95 dengan harga masing-masing 2.20 (Rp7 ribu) ringgit dan 2.28 ringgit (Rp8 ribu) per liter.

Dia mengatakan, subsidi bahan bakar yang berlanjut hingga akhir tahun telah merugikan pemerintah sekitar 3 miliar Ringgit (Rp10 triliun).

"Najib salah mengatakan bahwa GST itu baik atau bahwa pemerintah yang baru tidak terfokus untuk membantu kelompok B40," kata Lim.

Indonesia juga telah mempunyai kebijakan mengenai keberanian pencabutan subsidi BBM.

Kebijakan Presiden Jokowi dengan mencabut subsidi bahan bakar minyak dilakukan pada tahun 2015 lalu.

Mengutip dari Kompas.com, hingga saat ini Pemerintah Joko Widodo telah memangkas tak kurang dari Rp230 triliun dana subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan Liquid Petroleum Gas (LPG/elpiji).

Direktur Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani, mengatakan bahwa pada 2008 penerimaan migas negara mencapai Rp300 triliun.

Kemudian di tahun 2012-2014, pendapatan ini meningkat jadi Rp350 triliun.

Namun karena subsidi energi lebih Rp350 triliun uang pendapatan migas habis untuk subsidi.

Askolani mengakui, ekonomi Indonesia terselamatkan saat pemerintah Jokowi mencabut subsidi BBM di tahun 2015. (Intisari-Online.com/Adrie P. Saputra)

Baca juga:Selain Malaysia, Inilah 5 Negara yang Terancam Bangkrut Pada 2018 Nanti

Artikel Terkait