Advertorial

Dahulu Kala, Penguasa Wajib 'Dipermalukan' oleh Rakyatnya Sendiri dalam Festival Akitu

Muflika Nur Fuaddah
Moh. Habib Asyhad
Muflika Nur Fuaddah
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com- Festival Akitu adalah salah satu festival Mesopotamia tertua yang dimulai pada pertengahan milenium abad ketiga SM.

Acara diberlangsungkan selama 12 hari terus menerus pada Bulan Baru pertama setelah Spring Equinox di bulan Maret/ April.

Tradisi ini juga sekaligus bertujuan untuk merendahkan serta mengingatkan raja tentang perannya.

Yakni melayani kehendak dewa Marduk agar terbentuk masyarakat yang baik dan benar.

Baca Juga:Sebelum 'Beraksi', Bocah Pemanjat Tiang Bendera Ternyata Sedang Dirawat di Tenda Medis

Orang Babilonia percaya bahwa jika raja meneteskan air mata saat direndahkan (ditampar), itu artinya dewa Marduk menghendakinya untuk menjadi raja selama satu tahun lebih lama lagi.

Dalam artikel utama tentang tradisi kuno menampar raja, The Jerusalem Post menulis:

"Menarik untuk dicatat bahwa raja hebat Babilonia rela patuh, setahun sekali, dan tunduk pada prosedur yang memalukan seperti itu."

Namun tetap prosedur itu adalah penting untuk menegaskan kembali ikatan antara masyarakat dan para dewa.

Baca Juga:Lebih dari 300 Rusa Mati Bersamaan, Bangkai Mereka Justru Dijadikan 'Laboratorium Alam'

Festival Akitu sendiri didedikasikan untuk kelahiran kembali dewa matahari Marduk.

Pada hari keempat festival, raja harus menghadapi persidangannya.

Pertama-tama terdapat seorang Imam besar yang akan menyapa raja sebelum acara dan menanggalkan mahkota serta seluruh lambang kerajaan raja.

Dia kemudian menyeret raja dengan menjewer di telinganya dan memaksanya untuk berlutut.

Baca Juga:Bukan Foya-foya, Miliarder ini Habiskan Waktunya untuk Punguti Sampah di Jalanan

Raja diminta untuk berdoa memohon pengampunan dan berjanji bahwa dia tidak akan lalai akan tugasnya.

Ada daftar panjang janji dan jaminan raja yang berisi semua permintaan baik dari para pendeta atau orang biasa pada umumnya.

Baru setelah raja selesai berjanji dan selesai mambaca emua tugas-tugasnya, dia harus bersiap-siap untuk pukulan.

Ya, imam tadi akan memukul pipi raja dengan keras dan menurut tradisi air mata harus mengalir di pipi raja.

Baca Juga:Kapal Perang Terbesar Inggris Bergabung dengan Jet Siluman Tercanggih di Dunia, Ada Apa?

Festival itu juga menunjukkan kepada raja bahwa tanpa mahkotanya, pedang dan tongkatnya, raja hanyalah makhluk biasa.

Festival Akitu bertahan hingga tahun 63 SM dan memasuki periode Kekaisaran Romawi.

Kaisar Romawi Elagabalus (memerintah 218-222), yang berasal dari Suriah, bahkan memperkenalkan festival di Italia.

Sejumlah festival musim semi di Timur Dekat kontemporer masih ada hingga saat ini.Iran secara tradisional merayakan 21 Maret sebagai Noruz ("Hari Baru").

Baca Juga:Tanpa Dua Sosok Ini, Mungkin Kita Tak akan Pernah Melihat Suasana Proklamasi Kemerdekaan RI

Artikel Terkait