Advertorial

Lebih dari 300 Rusa Mati Bersamaan, Bangkai Mereka Justru Dijadikan 'Laboratorium Alam'

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Intisari-Online.com- Pada hari yang dingin di bulan Agustus 2016, lebih dari 300 rusa mati massal di dataran tinggi pegunungan di Norwegia.

Mereka mati lantaran petir yang menyambar sebabkan aliran listrik merambat melalui tanah basah ke kaki-kakinya.

Tubuh mereka segera menjadi sup penuh nutrisi dan makanan enak bagi para pemakan bangkai.

Para ilmuwan Norwegia melaporkan bahwa petak tanah lokasi kematian massal itu sekarang berpotensi untuk menelurkan beragam kehidupan baru.

Baca Juga:Gagal Miliki Pesawat Siluman F-35, Turki Malah Sudah Punya Kapal Perang Siluman Buatan Sendiri

"Dari kematian datang kehidupan," kata Sam Steyaert, penulis makalah dan peneliti di University of South-Eastern Norway sebagaimana dilansir New York Times, Jumat (17/8/2018).

Ketika Dr. Steyaert mengetahui tentang rusa mati, dia melihat kesempatan untuk mengubah tragedi menjadi eksperimen alam yang besar.

Dia dan sekelompok kolaborator memulai proyek yang didanai sendiri.

Mereka menamakan proyek itu 'reincar,' yang merupakan kependekan dari bangkai rusa dan awalan dari kata reinkarnasi.

Baca Juga:Hati-hati beli Mobil Warna Ini, Susah Lakunya Saat Dijual Lagi

Pada bulan Oktober tahun 2016, para ilmuwan mulai menyiapkan laboratorium lapangan mereka.

Pada setiap kunjungan, para peneliti selalu menjumpai ratusan burung gagak dan elang yang berputar-putar di sekitaran lokasi.

Bahkan berdasarkan kamera pengintai yang dipasang, ada juga rubah dan serigala yang ikut berpesta.

Bangkai-bangkai masih mengandung banyak daging tetapi menggelembung karena gas, cairan, dan ribuan belatung.

Baca Juga:Tanpa Dua Sosok Ini, Mungkin Kita Tak akan Pernah Melihat Suasana Proklamasi Kemerdekaan RI

Ada juga tumpukan kotoran di mana-mana.

Beberapa kotoran itu berwarna biru dan penuh dengan biji crowberry.

Tanaman crowberry adalah spesies kunci di tundra alpine, berfungsi sebagai sumber makanan penting bagi banyak makhluk dan mempengaruhi siklus nutrisi.

Diperkirakan bahwa bibit ini membutuhkan tanah yang padat nutrisi (bangkai) untuk bertunas.

Baca Juga:Hentikan Sekarang Juga! 7 Kebiasaan Ini Picu Kerusakan Ginjal

Lebih jauh, tim peneliti juga mencurigai tempat ini akan menjadi titik pusat keragaman genetik tanaman untuk tumbuh.

Selama beberapa tahun terakhir, mereka telah menyaksikan perkembangan yang terjadi.

Pada musim gugur yang lalu, sebagian besar yang tersisa adalah kulit dan tulang, tanpa ada pertumbuhan vegetasi.

Musim panas ini, masih ada kulit dan tulang, namun kehidupan nampaknya mulai muncul.

Dan minggu lalu, ketika para peneliti mengunjungi situs tersebut, mereka melihat tambahan baru: banyak bibit crowberry.

Baca Juga:Menggunakan Taktik Lucu Sekaligus Nekat, Tentara Turki Berhasil Memenangkan Perang Lawan Inggris dan Sekutunya

Artikel Terkait