Memang, current account deficit (CAD) Indonesia di kuartal II 2018 yang baru diumumkan melebar menjadi 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Baca juga: Koalisi Iran-Turki-Rusia Menguat, Iran Berani Tantang AS, Tapi Nyali AS Justru Makin Ciut
Namun, CAD Turki jauh lebih lebar yakni sekitar 5,5 persen.
Begitu pun dengan defisit anggaran pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) atau government deficit to GDP Turki mencapai 6 persen, sedangkan Indonesia hanya 0,75 persen.
"Dari segi rating obligasi, Turki juga hanya mendapat peringkat BB- (double B minus) dari lembaga S&P. Sementara, rating kita lebih baik yaitu BBB- (triple B minus)," kata Mikail.
Ia tak menampik, Senin (13/8/2018), kurs rupiah sangat mungkin melemah dan bergerak dalam kisaran Rp 14.600 -Rp 14.700 per dollar AS.
Namun, jika Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi, ada peluang rupiah tetap terjaga di area Rp 14.500 per dollar AS.
Setali tiga uang, ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksikan kurs rupiah akan mengalami tekanan pada perdagangan hari ini.
Sentimen negatif domestik dari kondisi defisit transaksi berjalan yang melebar, ditambah dengan tekanan regional, menurut Josua, membawa nilai non deliverable forward (NDF) rupiah akhir pekan lalu mendekati Rp 14.600.
Namun, Josua meyakini BI akan mengantisipasi pelemahan rupiah dengan aksi stabilisasi dan intervensi di pasar valas maupun pasar obligasi. "Prediksinya rupiah bergerak dalam rentang Rp 14.475-Rp 14.575 per dollar AS," kata Josua. (Grace Olivia)
Baca juga: Ingat Tukang Becak yang Dijuluki Manusia Pohon? Begini Kondisi Terakhirnya
Berita ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Nilai tukar rupiah berpotensi kena imbas efek domino depresiasi lira
Penulis | : | intisari-online |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR