Advertorial

Koalisi Iran-Turki-Rusia Menguat, Iran Berani Tantang AS, Tapi Nyali AS Justru Makin Ciut

Agustinus Winardi
Agustinus Winardi
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Keberanian Iran yang siap bertempur dengan AS kapan saja dan yakin akan meraih kemenangan perang memang bukan tanpa alasan.
Keberanian Iran yang siap bertempur dengan AS kapan saja dan yakin akan meraih kemenangan perang memang bukan tanpa alasan.

Intisari-Online.com - Ketika Menteri Pertahanan AS, James Mattis menyatakan bahwa dalam waktu dekat militer AS akan menyerang Iran merupakan ‘fiksi’.

Sebab pasukan Iran sebenarnya justru makin semangat untuk berperang melawan AS.

Pernyataan James Mattis yang mencerminkan nyali militer AS seperti sedang melempem itu sebenarnya bertentangan dengan pernyataan Presiden Trump yang jelas-jelas ingin ‘menghajar Iran’ seperti dikutip dari news.com.auSabtu (28/7/2018).

Kesiapan perang pasukan Iran untuk melawan AS itu sesuai dikutip oleh express.co.uk (28/7/2018) disampaikan langsung oleh Panglima Perang Pasukan Revolusi Islam Iran (Quds Force), Mayjen Qassem Soleimani kepada Presiden AS Donald Trump.

Mayjen Soelimani memang sangat marah ketika Presiden Trump menyatakan bahwa ‘Iran jangan pernah mengancam AS lagi karena akan dibinasakan’.

Baca juga:Iran Punya 5 Senjata Andalan Paling Menakutkan, Inilah yang Membuat AS Ragu-ragu Beperang dengan Negara Teluk Ini

Sebagai jawaban Mayjen Soelimani dan pasukannya pun siap bertempur melawan AS kapan saja.

Keberanian Iran yang siap bertempur dengan AS kapan saja dan yakin akan meraih kemenangan perang memang bukan tanpa alasan.

Pasalnya saat ini, Iran sudah berhasil membangun koalisi yang mantap dengan sekutunya, yakni Rusia dan Turki.

Rusia yang mendapat sangsi ekonomi oleh AS dan sekutunya setelah mengambil paksa wilayah Crimea, Ukraina memang sedang berang kepada AS.

Pasukan Rusia di kawasan Ukraina dan Polandia bahkan sudah saling berhadapan dengan pasukan NATO-AS serta siap bertempur kapan saja.

Sementara Turki yang marah besar kepada AS karena pasukan AS terbukti mendukung suku Kurdi yang tinggal di perbatasan Irak-Turki dan ingin mendirikan negara merdeka, juga menyatakan siap bentrok melawan pasukan AS.

Baca juga:Rampas Dua Jet Canggih AS Saat Lancarkan Revolusi Islam, Iran Sebenarnya Sudah Merasa Kalahkan AS

Sedangkan Iran sendiri yang sejak tahun 1979 menghentikan hubungan diplomatik dengan AS, sudah merasa sangat jengah karena selalu diancam AS, terkait program nuklirnya.

Awal mula, Iran-Rusia -Turki bersekutu sebenarnya terkait konflik di Suriah yang menjadi semakin runyam gara-gara keinginan AS untuk menumbangkan kekuasaan Presiden Suriah, Bashar al Assad.

Tapi baik Iran, Rusia, maupun Turki yang menghendaki Suriah tetap kondusif di bawah kendali Presiden Assad akhirnya malah menjadikan ketiga negara itu makin bersatu demi menghadapi arogansi militer AS yang selalu berperan sebagai polisi dunia.

Dengan modal persekutuan itu, apalagi Rusia dan Turki saat ini sesungguhnya merupakan dua negara yang ditakuti AS, maka Iran pun berani terang-terangan menatang AS untuk bertempur kapan saja.

Namun setelah menyadari bahwa Iran ternyata di-backing Rusia dan Turki, nyali militer AS justru makin menciut.

Baca juga:Baik Hati, Wanita Ini Ikhlas Donorkan Ginjalnya Sebagai Resolusi Tahun Barunya

Artikel Terkait