Advertorial
Intisari-Online.com- Meskipun perbendaharaannya terguncang karena digunakan untuk biaya perang terakhirnya, Pyrrhus dari Epirus masih memilih untuk pergi berperang lagi.
Dia menyerang Raja Antigonus II Gonatas dan dengan mudah memenangkan pertempuran di Auos dan mengambil tahta Makedonia untuk dirinya sendiri.
Pada 272 SM, dia didekati oleh Cleonymus, seorang Sparta berdarah bangsawan yang ingin bersekutu.
Dia meminta bantuan Pyrrhus untuk merebut takhta Sparta.
Baca Juga:Kisah Sniper AS Merayap Sejauh 2,5 Km Selama 4 Hari Demi Tembak Mati Jenderal Vietcong
Pyrrhus setuju, namun diam-diam berharap untuk mengambil Sparta bagi dirinya sendiri.
Sayang, resistensi yang begitu kuat menghentikan serangannya.
Tragisnya, saat mundur, dia kehilangan putra pertamanya, yang memimpin penjagaan belakang.
Dengan tidak ada waktu untuk berkabung, Pyrrhus segera menjajaki misi lain.
Baca Juga:Ingin Sepatu Tetap Rapi dan Rumah Tampil Cantik? Ini 5 Ide Rak Sepatu Unik yang Bisa Dicontek
Yakni mengintervensi sengketa sipil di Argos.
Dia harus berlomba ke kota karena musuh lamanya, Antigonus Gonatas tengah mendekat.
Namun, ketika dia mencoba memasuki kota dengan sembunyi-sembunyi, kota ternyata telah dipenuhi oleh musuh.
Hal itu memaksa Pyrrhus untuk berperang di jalanan yang membuatnya terperangkap.
Baca Juga:Batuk Bocah Ini Terdengar Sangat Aneh, Ternyata Dia Tak Sengaja Menelan Ini
Dia segera melawan seorang prajurit Argive dan, tidak diketahui salah satu dari mereka, ibu dari prajurit itu sedang menonton putranya dari atap terdekat.
Untuk membantu melindungi putranya, dia melemparkan genteng dan menghantam serta melemparkan Pyrrhus jatuh dari kudanya.
Hal itu membuatnya patah punggung dan lumpuh.
Tidak diketahui apakah kejatuhan itu akan membunuhnya, tetapi Zopyrus, seorang tentara Makedonia memastikan keadaan Pyrrhus untuk kemudian memenggalnya.
Baca Juga:Mengerikan, Tiga Paedofil Ini Dihukum Mati Kemudian Digantung di Sebuah Derek
Segera setelah kematian Pyrrhus, orang-orangnya pun menyerah.
Pyrrhus tidak dianggap sebagai Raja yang bijaksana, tetapi dia dianggap sebagai salah satu komandan militer terbesar di jamannya.
Dia lincah dan akan merasa gelisah ketika dia tidak berkelahi atau merencanakan pertempuran.
Pengetahuan fiskalnya kurang, dan perbendaharaannya tidak terlalu kuat, sebagian besar karena dia suka menggunakan tentara bayaran di barisan tempurnya.
Baca Juga:Bukan Hoaks, Tupperware Bisa Digadaikan di Pegadaian Hingga Senilai Rp500 Ribu
Dia dikenal telah menulis banyak memoar dan buku tentang pertempuran dan seni perang.
Sayangnya, tidak ada yang selamat sampai zaman modern, tetapi diperkirakan bahwa Hannibal dipengaruhi oleh buku-buku itu.
Pyrrhus menikah lima kali dengan putri-putri Raja dan dia memiliki beberapa anak, baik putra dan putri.
Baca Juga:Kisah Ho 229, Pesawat 'Siluman' Adolf Hitler yang Melampaui Zamannya tapi Berakhir Tragis