Intisari-Online.com – Alkisah, seorang penebang kayu. Ketika memotong kayu, gagak kapaknya yang telah tua patah. Maka ia pun pergi ke hutan, mencari kayu untuk gagang kapaknya. Penebang kayu bertanya kepada pohon-pohon apakah mereka mengizinkan ia memotong cabang kayu.
Pohon-pohon setuju, tetapi ketika sampai penebang sudah siap, tidak ada satu pohon pun yang rela.
“Sebaiknya engkau rela,” kata pohon ek kepada pohon kedar.
“Jika cabangku dipotong aku kelihatan jelek,” jawab pohon kedar.
Pohon-pohon lain juga diminta tetapi mereka semua menolak.
Akhirnya semua perhatian tertuju kepada pohon ash yang mungil. Kata pohon-pohon kepada pohon ash, “Kupikir engkaulah yang paling cocok menyediakan kayu. Engkau kecil maka tak ada bedanya bila engkau kehilangan satu atau dua cabangmu.”
Melihat tak ada pilihan lain pohon ash menyerah. Penebang kayu itu kemudian mengambil beberapa cabang pohon ash, mengucapkan terima kasih lalu pulang ke rumah. Keesokan harinya penebang kayu itu kembali lagi dan tanpa meminta izin ia menebang kayu-kayu lagi.
Ia menebang segala jenis pohon terutama pohon ek dan pohon kedar. Pohon ek berbicara kepada pohon kedar dengan berlinang air mata, “Seandainya kita tidak mengorbankan sahabat kita yang kecil kita semua akan selamat.”
Pohon kedar tak bisa mengucapkan sepatah kata pun, ia terlalu sedih.
Janganlah kita enggan untuk sedikit berkorban daripada akhirnya harus berkorban lebih besar.