Bukan China, Proyek Kereta Semi Cepat Jakarta-Surabaya ‘Dieksekusi’ Jepang

Ade Sulaeman

Editor

Kereta cepat Korsel yang dipersiapkan untuk melayani perjalanan Seoul-Busan PP.
Kereta cepat Korsel yang dipersiapkan untuk melayani perjalanan Seoul-Busan PP.

Intisari-Online.com - Teka teki mengenai siapa yang akan mengerjakan proyek Kereta Api Jakarta-Surabaya mulai menemui titik terang. Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah telah memutuskan proyek kereta tersebut akan dikerjakan Jepang.

(Inilah Penjelasan Anak Perusahaan PT KAI tentang Nenek Minta Air Panas untuk Cucunya di Kereta Api)

"Sudah diputuskan pakai Jepang," katanya, akhir pekan.

Luhut mengatakan, setelah putusan tersebut, pemerintah akan segera melanjutkan proses agar proyek tersebut bisa digarap. Salah satu langkah lanjutan tersebut adalah dengan segera menggelar pra-studi kelayakan proyek tersebut.

Pra-studi kelayakan tersebut rencananya akan dilaksanakan Mei 2017 nanti. "Ada joint study nanti dengan Jepang nanti langsung maju dan kami harap kuartal IV 2019 selesai," katanya.

(Bobotoh Rusak Gerbong KA Serayu, PT KAI Ancam Larang Suporter Sepak Bola Naik Kereta Api)

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman, Ridwan Djamaludin mengatakan, walau pra studi kelayakan proyek baru akan dilakukan, pemerintah memperkirakan, Proyek Kereta Jakarta-Surabaya akan dilakukan dengan dua pola. Pertama, penutupan pola penghapusan perlintasan sebidang.

Berdasarkan catatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat yang disampaikan Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat beberapa waktu lalu, ada 988 perlintasan sebidang yang perlu diperhatikan dalam proyek kereta Jakarta- Surabaya.

Sdangkan pola kedua, jalur di atas atau elevated. "Jadi nanti kombinasi itu tergantung kondisi lapangan," katanya.

Proyek Kereta Jakarta-Surabaya digagas pemerintah untuk memperbaiki kecepatan kereta dengan rute tersebut yang saat ini rata-ratanya hanya mencapai 80 km/jam menjadi 150 km/ jam. Proyek tersebut diperkirakan menelan dana Rp30 triliun jika kereta yang dipakai berbahan bakar diesel.

Sementara, kalau memakai kereta listrik, proyek tersebut diperkirakan akan menelan dana Rp70 triliun-Rp80 triliun.

(Agus Triyono)

Artikel Terkait