Hasilnya bahwa orang yang hidup di Asia Timur, Australia, dan Pasifik Selatan masih memiliki DNA denisovan.
Baca Juga: Hanya karena Cinta, Gadis Cantik Rusia Ini Sudi Nikahi Pekerja Tambang Miskin Asal China
Pada 2013, Dr. Green dan Dr. Sudoyo mengunjungi desa Rampasasa dekat gua di Flores.
Dengan persetujuan etua desa, Dr. Sudoyo dan Gludhug A. Purnomo, seorang asisten peneliti, mengambil sampel air liur dari 32 penduduk desa.
Setelah itu mereka juga menyadari bahwa Homo floresiensia pertama ternyata telah berusia 60.000 tahun.
Penemuan ini sekaligus menunjukkan ketidakmungkinan perkawinan silang yang terjadi antara hominin dan Homo floresiensis.
Para peneliti menemukan bahwa sebagian kecil dari DNA penduduk desa Flores berasal dari Neanderthal atau denisovan.
Namun sebagian kecil tak dapat dicocokkan dengan hominin, Neanderthal atau Denisovan.
Dr Tucci kemudian menyimpulkan bahwa penduduk desa Rampasasa bukan keturunan Homo floresiensis.
Para ilmuwan pun tidak dapat mengetahui pasti alasan spesies-spesies di sini terus tumbuh menyusut.
Tapi yang pasti, setelah mereka datang ke Flores, tubuh mulai berevolusi menjadi sangat pendek.
Baca Juga: Sering Dianggap Mitos, 'Naga' Ini Ditemukan di China dalam Bentuk Fosil
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR