Intisari-Online.com -Instagram termasuk salah satu aplikasi media sosia yang populer.Aplikasi ini memiliki fitur khas dalam berbagi foto atau video. Dengan pengguna yang semakin banyak, maka meraih jumlah pengikut yang banyak adalah impian. Soalnya, akan ada efek domino di balik itu.
(Kesombongan akun rich kids di Instagram justru ungkap kejahatan yang dilakukan orangtuanya.)
Salah satu efek domino itu adalah meraih keuntungan.Ya, dengan memiliki follower (pengikut) banyak kita bisa dilirik sebuah produk sebagai etalase beriklan. Ada beberapa kelebihan beriklan di Instagram.Menurut pengamat digital marketing Nukman Luthfie yang mengutip dari sebuah riset, rekomendasi dari orang yang dikenal atau orang lain lewat media sosial bisa lebih berpengaruh dibandingkan beriklan.
Di sisi lain, bagi pengiklan, mempromosikan barang lewat Instagram lebih menguntungkan karena hasilnya bisa diukur. “Jumlah like dan yang me-regram (mengirim ulang postingan itu di akun mereka – Red.) bisa diukur. Sementara kalau di TV kan enggak bisa langsung kelihatan. Baru kelihatan nanti setelah adanya transaksi,” kata Nukman seperti dikutip dalam Visual Interaktif Kompas.
CEO SociaBuzz – perusahaan yang menjembatani antara pengiklan dan selebriti media sosial – Rade Tampubolon menambahkan, produsen mulai menyasar Instagram sebagai media beriklan karena biaya yang lebih murah dibandingkan dengan beriklan di media massa. Selain itu, pengaruh beriklan melalui media sosial lebih kuat karena memiliki sentuhan personal.
(Demi keamanan dan kenyamanan penggunanya, Instagram hadirkan dua fitur baru untuk kolom komentar.)
“Kalau iklan konvensional kan brand yang ngomong, ‘Gue yang terbaik’. Tetapi dengan menggunakan sosok populer di Instagram, sebenarnya mereka menggunakan trust-nya sosok tersebut. Jadi si sosok itu yang ngomong lo, bukan gue. Dan namanya manusia, jika ada orang lain yang merekomendasikan sesuatu, lebih kita dengar daripada brand yang ngomong,” kata Rade.
Sayangnya, untuk menjadi sosok yang dilirik brand itu kita setidaknya memiliki pengikut sebanyak 20.000. Menurut Rade, inilah batas seseorang bisa disebut selebgram, selebriti Instagram.
Tak pelak sosok selebgram didominasi artis yang sudah kadung kondang duluan.Atau kalau tidak orang yang sudah terkenal baik di bidang olahraga, politik, atau sosial.Memperoleh pengikut puluhan ribu bukan perkara sulit bagi mereka.Simak saja, sepuluh selebgram di dunia dengan jumlah pengikut terbanyak didominasi artis. Mereka adalah Taylor Swift dengan 62,6 jutaan, Selena Gomez (60,6 jutaan), Kim Kardashian (57,6 jutaan), Beyonce (56,7 jutaan), Ariana Grande (55,6 jutaan), Justin Bieber (53,5 jutaan).“Jangan pikirkan soal uang dulu. Jadikan untuk bersenang-senang dulu,” saran Gofar Hilman (@pergijauh)
Sementara di Indonesia –per 5 Februari 2017 - ada Ayu Tingting dengan 18,3 juta pengikut, Julia Perez (12,3 juta), Prilly Latuconsina (14,8 juta), Laudya Cynthia Bella (14,7 juta), Raffi Ahmad dan Nagita Slavina (15,6 juta), Syahrini (16,8 juta), Luna Maya (11,6 juta), Raisa (12,1 juta). Terlihat kepopuleran mereka bisa mendongkrak jumlah pengikut di akun Instagram mereka.
Tentu saja jumlah pengikut ini menjadi salah satu nilai jual pemilik akun jika didekati pengiklan. Dalam katalog situs SociaBuzz, kalangan artis ini mendominasi tarif tinggi biaya iklan. Misalnya, Chelsea Olivia yang mematok tarif Rp20 juta untuk satu kali posting foto, Olla Ramlan Rp10 juta untuk satu kali posting foto, serta Gilang Dirga Rp5,5 juta untuk satu kali posting foto dan Rp9 juta untuk posting video. Menggiurkan?
Diperkirakan bisnis selebgram ini akan terus berkembang. Soalnya belum ada media sosial yang mengalahkan ciri khas Instagram dengan sentuhan personalnya itu. Hingga tahun 2016, Instagram mengklaim telah memiliki 500 juta pengguna aktif, dengan 22 juta di antaranya berasal dari Indonesia.
Tak perlu menjadi artis untuk menggaet pengikut puluhan ribu hingga masuk ke jajaran selebgram. Namun memang harus memiliki sesuatu yang berbeda dari kebanyakan dalam setiap unggahan kita. Bisa hal-hal yang lucu, inspirasi tempat rekreasi, atau tips seputar tata busana. Konten menjadi kunci dalam menapak tangga menjadi selebgram.
Namun, “Jangan pikirkan soal uang dulu. Jadikan untuk bersenang-senang dulu,” saran Gofar Hilman (@pergijauh), penyiar di Hard Rock FM Jakarta dengan jumlah pengikut 66,8 ribu itu (per 7/2/2017).
Gofar membikin akun Instagram sejak dari awal media sosial itu muncul. “Sekitar tahun 2011 ya kalau enggak salah. Begitu Instagram muncul di iPhone, saya langsung bikin akun,” ujar alumnus SMA 3 Jakarta itu."Mungkin dalam sejarah media social, baru sekali itu ada postingan yang rutin selama dua tahun.” - Gofar Hilman
(Instagram rilis pertama kali 6 Oktober 2010. Gabungan dari kata “instan” dan “telegram”, aplikasi ini dibuat berdasarkan semangat foto Polaroid yang instan dan pengiriman yang cepat ala telegram. Pembuatnya adalah perusahaan rintisan Burbn. Inc yang digawangi Kevin Systromdan Mike Krieger. Pada 9 April 2012 Instagram diambil alih Facebook dengan nilai sekitar AS$1 miliar atau sekitar Rp13 triliun.)
Gofar masih ingat foto pertama kali yang ia unggah ke akun Instagramnya. Sebuah radio kecil! Dibandingkan dengan Twitter yang sudah diakrabi sebelumnya, Gofar menilai Instagram punya kelebihan. Misalnya interaksi dalam satu kolom. Lalu kita bisa tahu jumlah “Like” dan komentar-komentarnya. Untuk mempercantik foto atau video yang kita unggah ada banyak filter yang menarik, “Meski sudah lama gua enggak pakai filter. Posting apa adanya, buat lucu-lucuan,” kata penyiar radio di Hard Rock FM Jakarta ini.
Dari awal Gofar sudah “memantapkan jiwa” untuk posting soal komedi. Bisa berupa benda, meme, atau yang terbaru fitur video. “Gambar-gambar lucu sih yang sering. Aku yang nglakuin,” ungkapnya.
Jumlah pengikut Gofar naik drastis terjadi ketika ia mengunggah foto-foto berseri yang dikandangkan dalam tagar #kotbahtimeline. “Postingan ini soal cara memakai sarung yang benar. Gue posting setiap jam 12 siang hari Jumat. Gue juga mosting cara pakai sarung yang salah. Jadi ada cara yang benar, ada cara yang salah. Yang salah misalnya, gue pakai sarung dengan dandanan ala prajurit Spartan. Yang benar, ya pakai sarung yang biasa-biasa saja,” tutur Gofar.
Tagar itu bertahan selama dua tahun. Secara konsisten Gofar melakukan unggahan foto soal pemakaian sarung. Tak pernah ada unggahan foto ulang. “Jadi ada lebih dari 100-an foto gue posting tiap Jumat jam 12 siang. Itu yang bikin follower gue melonjak. Mungkin dalam sejarah media social, baru sekali itu ada postingan yang rutin selama dua tahun.”
Gofar lalu menghentikan tagar #kotbahtimeline karena malas. Ia merasa postingan itu sudah menjadi tuntutan untuk menyenangkan orang lain. Awalnya kreativitas masih membuncah, namun lama kelamaan redup. Ketika foto cara memakai sarung sudah tidak lucu, banyak pengikutnya yang complain. “Wah, jadi enggak fun. Jadi malas.”
Jika Gofar mencoba postingan komedi dan konsisten, lain lagi dengan cara Angie Ang (@nonangie) dalam meraih pengikut. Presenter Net.TV ini awalnya mengintegrasikan akun Instagramnya dengan media sosial lain yang sudah dimilikinya. “Seperti Facebook dan Twitter,” kata Angie yang per 7 Februari 2017 memiliki pengikut 128 ribu ini.“Tapi diberi jarak antar-postingan biar lini masa tidak ‘banjir’.” - Marischka Prudence (@marischkaprue)
Sama seperti Gofar, Angie pun menilai konsistensi menjadi nilai plus dalam meraih pengikut. Ia konsisten posting di pukul 11.00. “Nyaman saja di jam segitu. Sampai ada follower-ku yang sudah hapal,” jawab Angie saat ditanya alasan memilih waktu posting.
Saat di angka 3.000-an pengikut, akun IG Angie mulai didekati pengiklan. Tapi sekadar endorse barang, barter posting. “Kalau sekarang aku lebih ke paid promote, dan aku seleksi. Dalam arti barangnya aku suka. Sesuai sama konsepku,” ujar bekas foto model asal Semarang, Jawa Tengah ini. Sejak 2016 Angie pun mulai fokus pada tata busana sehari-hari. Untuk endorse masih menerima juga, dengan catatan benar-benar minat dengan barangnya.
Konsistensi unggahan tadi diamini juga oleh Marischka Prudence (@marischkaprue), blogger perjalanan dengan 87 ribu pengikut (per 7/2/2017). “Jadi, setiap berapa lama sekali ada postingan. Kalau saya setiap hari usahakan posting satu hingga tiga postingan, kecuali kalau pas di lokasi yang tidak ada sinyal. Namun kalau sedang dalam trip malah bisa lebih banyak posting per harinya karena ingin share foto-foto dari destinasi yang didatangi,” kata mantan jurnalis Metro TV itu yang tidak memiliki jadwal khusus mengunggah foto atau video. “Tapi diberi jarak antar-postingan biar lini masa tidak ‘banjir’,” tambahnya.
Prue – begitu ia disapa – pun awalnya juga mempromosikan akun IG-nya melalui media sosial yang sudah dimilikinya, Twitter. Awalnya ia iseng saja membuat akun Instagram karena beberapa temannya sudah aktif di Instagram. “Benar-benar untuk iseng dan lihat foto atau gambar-gambar yang menarik. Setelah merasakan, ternyata nyaman juga dan bisa menikmati interaksi di Instagram,” katanya.
Dalam hal endorse, Prue pun seirama dengan Gofar dan Angie, yakni yang sesuai dengan karakter dan cocok dengan profil Instagramnya. Jika ditelisik lini masa Instagramnya, beberapa produk yang berkaitan dengan kecantikan tersua di sana.
Nah, bisa bayangkan betapa enaknya jadi selebgram kan? “Bisa dapat uang tambahan hehe …,” kata Gofar.