Intisari-Online.com -Dibongkarnya jaringan pelaku pedofilia di Facebook kembali memunculkan kekhawatiran kita sebagai orangtua terhadap keamanan anak-anak kita. Lebih-lebih jika melihat di beberapa kasus, kasus pedofilia banyak dilakukan oleh orang-orang terdekat.
Lalu, apa itu pedofilia? Bagaimana ciri-cirinya? Apakah kita termasuk orang yang punya ciri-ciri itu?
(Ingin Beli Smartphone yang Paling Pas Buat Kamu? Simak Panduan Ini)
Pelaku pedofilia tak pernah pilih-pilih orang. Ia bisa seorang guru olahraga yang bijak, dokter yang pintar menulis resep, pria kantoran yang harum tubuhnya, pengasuh anak-anak yang tampak manis, bisa juga anggota keluarga sendiri. Semua orang berpotensi menjadi pedofil.
Perlu dicatat, dilansir dari Hello Sehat, pelaku kekerasan seksual terhadap anak-anak merupakan perilakuk yang adaptif. Artinya, kemungkinan besar para pelaku itu pernah mengalami kekerasan seksual yang sama ketika kecil. Meski demikian, ada beberapa orang yang memiliki diagnostik pedofilia murni.
Masih dari sumber yang sama, pedofilia merupakan diangnosis klinis gangguan mental. Seorang pelaku pedofilia punya perbedaan dalam otak mereka dibandingkan orang dewasa lainnya—sehingga membuat mereka secara seksual tertarik terhadap anak-anak.
Orang dewasa ketika secara seksual tertarik terhadap lawan jenisnya, biasanya ia akan merendahkan nada suaranya, menyiagakan sikap, untuk menarik perhatian. Bagi seorang pedofil, cara serupa akan ia tunjukkan ketika secara seksual ia tertarik kepada anak-anak.
Diagnostics and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) menjelaskan pedofilia sebagai fantasi seksual, hasrat impulsif, atau perilaku yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak di bawah umur yang berulang setidaknya selama enam bulan.
(Sweetie, Karakter Virtual Anak Perempuan Ini Berhasil Menangkap Ribuan Pelaku Pedofil di Dunia)
Pada kebanyakan kasus, seorang bisa dikatakan sebagai pedofil jika ia berusia minimal 16 tahun dan setidaknya lima tahun lebih tua daripada anak di bawah umur tersebut. Mereka yang menderita pedofilia memiliki kecenderungan kompulsif untuk menyiksa anak-anak.
Seorang pedofil juga punya kesulitan berinteraksi dengan orang dewasa lainnya yang seusia dengannya. Hal ini menyebabkan ia sulit untuk menangani hal-hal yang menyakitkan. Meski demikian, tak menutup kemungkinan mereka juga menikah.
Apakah pelaku pedofilia melulu laki-laki? Tentu tidak. Memang, sebagian besar adalah laki-laki tapi, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Abuse Watch, tak menutup kemungkinan perempuan juga punya kecenderungan pedofilia—angkanya antara 0,4 hingga 4 persen.
Perempuan pedofil biasanya berusia antara 22-23 tahun, keterampilannya tak menonjol, dan gampang depresi. Mereka juga punya kecenderungan punya gangguan kepribadian seperti antisosial, borderline, narsistik, dan ketergantungan.
(Dalam Beraksi, Admin Grup Facebook Pedofil Ini Cabuli Anak Sesuai Konsep yang Sudah Dipesan)
Penelitian itu juga menunjukkan, beberapa aspek tertentu dari perkembangan saraf dapat mempengaruhi risiko seseorang terhadap kecenderungan pedofilia.
Tak hanya itu, bebera penelitian tentang pedofilia sebelumnya menemukan, penderita pedofilia cenderung memiliki IQ 10-15 poin lebih rendah dibanding rata-rata. Mereka juga umumnya lebih pendek 2,3 cm dibanding rerata orang pada umumnya.
Cacat wajah cenderung berkembang karena lapisan jaringan embrio utama yang membentuk sistem saraf utama selama trimester pertama dan kedua kehamilan.
Cacat wajah ini, yang lebih umum di kalangan pria, biasanya disebabkan oleh paparan pralahir terhadap virus, alkohol atau obat-obatan, komplikasi kehamilan, atau kekurangan gizi.
Dari catatan-catatan di atas, kembali ke pertanyaan awal, apakah kita seorang pedofil?