Advertorial

Dari Neno Warisman Hingga Iwan Fals, Ini Kisah Para Selebritas saat Sedang Mencari Tuhan

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com - Sosok Neno Warisman tengah menjadi perbincangan di dunia maya.

Kedatanangan salah satu penggerak #2019gantipresiden ini ke Batam, Sabtu (28/7/2018), menjadi polemik.

Ratusan massa melakukan aksi di Bandara Hang Nadim Batam untuk menolak kehadirannya.

Sosok Neno Warisman bisa dibilang tidak asing dirinya aktif sebagai selebritas Indonesia sejak 1977.

Baca juga:Inilah Iron Dome si Kubah 'Siluman' yang Melindungi Israel, Benarkah Tak Bisa Ditembus?

Neno sendiri memutuskan untuk berhijab dan lebih banyak menghabiskan waktunya di dunia religi pada 1991.

Kisahnya dalam "mencari tuhan" juga sempat diulas dalam artikel berjudul "Artis Mencari Tuhan" yang terbit di majalahHAIedisi18-24 Juli 1989.

Ada beberapa sosok selebritas lain yang "curhat" dalam artikel tersebut, seperti Iwan Fals, Hari Mukti, hingga Ebiet G. Ade.

Berikut ini kisah lengkapnya.

Baca juga:Bak di Eropa Suhu di Dieng Anjlok Hingga Minus 5 Derajat Celcius, Inilah Penampakan Foto-fotonya

---

Muak dengan kepalsuan. Ada yang terperosok aliran sesat. Ada juga yang mulus. Ternyata, ketenaran dan kekayaan tak selamanya membahagiakan. Sejumlah artis Indonesia membeberkan proses mereka 'mencari' Tuhan.

“Dunia ini panggung sandiwara!" 'Begitu teriak God Bless, lewat suara Achmad Albar.

Tak keliru memang. Dunia artis yang gemerlap, popularitas, dan uang adalah panggung sandiwara yang sesungguhnya. Dunia penuh kepalsuan.

Di dunia artis, rivalitas mendominasi. Nyaris tak ada persahabatan di sana. "Di satu muka mungkin persahabatan dipakai, tapi di muka yang lain segala cara dipakai untuk menjatuhkan," ungkap Debby Nasution, bekas penggebuk drum God Bless.

Tampang kepalsuan dan kemunafikan dunia artis, digambarkan Cat Stevens, penyanyi beken asal Inggris yang mencuat antara lain dengan lagu Morning Has Broken, persis seperti kondisi di balik panggung. Ketika suatu pergelaran dilakukan.

"Kondisi yang compang-camping, berantakan, penuh ketidakaturan. Dunia yang berbeda sekali antara apa yang dilihat orang dengan keadaan yang sesungguhnya. Meski di situ duit dan ketenaran terus mengalir," katanya.

Dunia yang mengalirkan uang dan popularitas itu, ternyata tak memberikan kebahagiaan yang total buat mereka. Bahkan, menurut Debby, para artis sesungguhnya jenuh dan muak dengan kehidupan yang serba palsu itu.

"Mereka, lebih merasa muak daripada orang yang berada di luar dunia itu," tegas Debby pada HAI, usai shalat Jumat di toko buku Walisongo, Kwitang, Jakarta.

Dunia yang begitulah memang, yang kemudian mendorong Cat Stevens untuk mencari kebahagiaan dan kedamaian hidup yang lebih abadi. Yakni jalan Tuhan.

Cat Stevens lalu mendalami Islam, dan memilihnya sebagai jalan hidup. Dia melakukannya di puncak kejayaannya. Ketika kekeringan hidup dan rasa sakit dialami. Saat gelimang harta yang diidamkan sudah dalam pelukan.

Pencarian Cat Stevens yang kini bernama Yusuf Islam dan menjadi ustad pada madrasah yang didirikannya di London, itu diikuti artis beken lainnya. Jermaine Jackson, kakak kandung Michael Jackson, salah satunya. Pekan lalu, dia diberitakan mengubah jalan hidupnya dan melakukan perjalanan ruhani mencari Tuhan ke Jeddah dan Makkah di Saudi Arabia.

Karena Muak

Di Indonesia, sepuluh tahun terakhir ini, puluhan artis beken mendalami agama Islam. Yang terakhir Ongky Alexander, pemeran utama Catatan Si Boy, yang mengubah namanya menjadi Ongky Iskandar. Mereka mencari Tuhan untuk mencapai puncak kebahagiaannya.

Gejala begitu, sebenarnya gejala wajar saja. Sebagai manusia, artis pun kepingin hidup bahagia di dunia dan akhirat, seperti ungkap Hari Mukti, rocker yang lagi menanjak popularitasnya.

"Mustinya orang tidak perlu heran kalau artis mempelajari Islam secara intens (mendalam red)," tukas Debby, yang kini lagi mendirikan pesantren di Sawangan Bogor.

Kemuakan terhadap dunia artis yang penuh kepalsuan itu, dianggap Debby sebagai motivasi yang mendorong mereka secara intens mencari Tuhan, secara bersungguh-sungguh.

Tak keliru memang. Christine Hakim, artis film paten, bahkan merasa, pendalaman agama dan pencarian Tuhan tanpa henti, justru mendorong motivasi baru dalam menjalani profesi. "Agama memberikan kita norma dan tuntunan buat apa kita berbuat," ungkapnya.

Ketika membuat film Tjoet Nja' Dhien, yang memang menggambarkan kekuatan iman seorang wanita, dia merasakan intensitas itu makin mendalam. "Kayaknya, memang Dia yang udah ngatur musti begitu," ungkap Christine. Dia meyakini, sepanjang kita tak melupakan Tuhan, apa pun yang kita minta padaNya pasti dikabulkan.

Deddy Mizwar pun menyatakan hal yang sama. Aktor kampiun ini bilang, segala yang kita lakukan, mustinya selalu ingat kepada Tuhan. "Ya gimana tidak, yang mengatur kan Dia. Kalo gue tidak inget Die yang di atas, bisa berabe hidup di dunia film," ungkapnya.

Godaan di dunia artis, memang banyak. "Cewek, minuman keras, dan gaya hidup yang berlebihan, hanya sebagian kecil dari begitu banyak contoh yang bisa disebut," tutur Hari Mukti.

Motivasi yang melatar-belakangi pencarian mereka memang beragam. Bagi Neno Warisman, motivasi pencariannya sederhana saja. "Kita kan akhirnya tidak kemana-mana (kembali ke Yang Menciptakan -red). Lagi pula, kita kan lahir dari orang yang beragama. Bukan orang komunis yang lantas belajar agama," kata penyanyi dan bintang sinetron itu.

Memang tidak bisa dipungkiri, gemerlap dunia artis bisa bikin manusia yang berada di dalamnya melupakan Tuhan. 'Tapi, tergantung juga sama kepribadian orangnya," tukas Vina Panduwinata, yang sempat maido (rasa tidak percaya karena kecewa -red) pada Tuhan.

Takut Mati

Pencarian yang dilakukan oleh para artis, memang terasa sebagai suatu pengembaraan rohani. Dan seperti biasanya manusia, selalu mencari Tuhan kalau sudah kepentok. Bingung mau berbuat apa. Misalnya, takut pada kematian dan hal-hal yang tak terduga.

"Kalo kita mau pergi, ada rasa takut kena musibah, kecelakaan, ada perasaan takut mati. Karena takut mati, trus kita berdoa.. Ya, ke sana juga kan?" jelas Iwan Fals.

Yusuf Islam, lebih jauh lagi. Pangkal kesadarannya untuk mencari Tuhan, terjadi saat dia sudah tak percaya lagi pada kebahagiaan materi. "Setelah aku mencapai keberhasilan, tenar dan banyak uang, aku menyadari hal itu bukanlah yang aku kehendaki sebenarnya," jelasnya.

Apalagi, pada saat itu juga, musibah menohoknya. "Aku terkena suatu penyakit, yang mendorong aku berfikir dan merenung tentang kehidupan," kisahnya lagi. Saat itulah memang dia bertanya, "Apa yang terjadi pada diriku setelah kematian? Apa sih sebenarnya tujuan hidup ini?"

Kematian, terbilang faktor yang banyak menjadi picu kesadaran artis untuk mencari Tuhan. Hari Mukti, Debby Nasution, dan Vina Panduwinata, misalnya melihat peristiwa itu yang memberikan sentuhan kesadaran untuk mencari Tuhan. Meski dasarnya mereka termasuk Islam yang bukan abangan. Setidak-tidaknya pernah mengaji ketika kecil. Seperti yang diakui juga oleh Ebiet G. Ade, Neno, atau Deddy Mizwar.

Hari dan Vina sempat kehilangan bapak, dan Debby kematian ibu. Kematian orang-orang yang paling mereka kasihi. Meski memang, bukan cuma itu satusatunya faktor.

"Saya sedang goyah dan frustrasi ketika itu. Aku menjadi prokem dan peminum minuman keras. Keduanya tak memberikan kebahagiaan. Malah saya ditusuk orang," cerita Hari. Saat itu juga, ayahnya meninggal.

"Peristiwa inilah yang menyadarkan aku untuk bertobat dan mendatangi Tuhan. Aku bertobat dan mohon ampun kepada Allah, sejak saat itu," katanya lagi. Malah sejak saat itu, ia merasa potensinya sebagai penyanyi terus berkembang.

Kesadaran Debby mendalami Islam, terjadi pada saat yang tepat, menurutnya. "Saat itu saya sudah merasa benar-benar muak dengan kehidupan artis. Saya lalu mencari pegangan. Saat itu pula, ibu saya meninggal. Buat orang Batak, ibu itu segalanya," cerita Debby melukiskan kejadian di tahun 1975 itu.

Seorang teknisi panggung lalu memperkenalkan Islam padanya. "Saat itulah saya mulai mengenal Islam. Tapi, baru kulitnya," tuturnya lagi.

Kematian ayah bagi Vina, merupakan pukulan berat. Saat itu malah dia merasa, kok Tuhan tega amat memanggil 'pulang', orang yang telah sangat berjasa pada dirinya itu.

"Saya sempat tidak bisa menerima takdir itu. Tapi kemudian, saya merasa ini teguran Tuhan buat saya dan keluarga. Musti diterima," katanya. Penerimaan itulah yang kemudian diwujudkan dengan senantiasa mengingat Tuhan. Dimana saja dia berada.

Neno Warisman, yang diwawancarai melalui telpon saat syuting film Cipluk di Bandung, mengatakan intensitas pencariannya berlangsung sejak tiga tahun terakhir. "Barangkali karena aku pernah merasakan hidup susah," katanya. Dia bercerita, "Keluarga kami hidup sederhana. Meski tak sarapai melarat sekali.

Sekarang aku sudah bisa mencicipi kesenangan, ketenaran, dan uang. Lalu aku merasa. Dulu susah, sekarang diberi seperti ini, mengapa tidak mensyukuri." Sepotong firman Tuhan dalam Al Qur'an, Jangan jadikan hambamu golongan yang tak tahu bersyukur, menyadarkannya.

Hampir sama dengan Neno, Ebiet G. Ade ngomong, pencariannya semakin intens, setelah dia merasa memperoleh sukses, sementara dia tidak begitu ambisi menerimanya.

"Ini suatu karunia yang besar, yang untuk diimpikan pun saya tidak berani," tukasnya. Semakin intens mencari, Ebiet merasa semakin perlu terus bersyukur. Lalu menyuarakan kebenaranNya. Inipula yang dirasakan Deddy dan Christine mendorong mereka untuk semakin intens mencari dan mendekati Tuhan.

"Ape sih yang Tuhan tidak kasih ke gue? Rumah, mobil, nama? Nah semue ini kan Die yang ngatur. Terus terang, gue jadi makin ngerasain, betapa baeknya Tuhan sama gue," ungkap Deddy.

Donny Fatah, bassis God Bless, pun merasakan kenikmatan semacam itu. Itulah yang kemudian membuat kepekaannya terhadap lingkungan sekitar dan alam makin hari makin peka. Dengan kepekaan semacam itu, Donny mendekati Tuhan. Biasanya ia kongkretkan waktu sholat tahajjud tengah malam.

Jalan Sesat

Pengalaman hidup dan berbagai fenomena kehidupan di dunia, mewamai pengalaman mereka mencari Tuhan. Iwan Fals butuh waktu enam bulan. Yang lain melakukannya bertahun-tahun.

Iwan mengalami proses yang rada unik. Misalnya, dia sempat mikir. "Agama kan ngajahn kebaikan, tapi dalam sejarah agama kok ada perang. Lantas perang Iran-Irak itu. Orang sama-sama bilang Allahu Akbar, tapi koq pada perang..ada yang mati. Kontradiksi banget..ini bener apa tidak sih? Apa memang salah dari Tuhan?" ceritanya. Lantas dia mikir ke soal yang lebih berat. Soal penciptaan Bimasakti.

"Kan seperti gelas yang tidak pernah tahu siapa pembuatnya, apa rahasia di balik pembuatannya..kayak gitulah manusia sama Tuhan. Urusan Tuhan adalah urusan Tuhan. Logika kita tidak nyampe.. Udah terima aja," ucapnya.

Sejak itu, mulailah menjalar berbagai pikiran. "Gue gladak gluduk, ngebayangin kalo nanti mati setiap mau tidur. Setelah itu, gue sampai pada keyakinaa.ada suatu zat Yang Maha dari segala yang maha.. yang lebih kuat dari segalanya..gue harus patuh," jelasnya.

Deddy Mizwar, terusik soal lain. Umpamanya soal bayi tabung. Soal teknologi yang makin maju. Kesemuanya menggugah dia. "Tapi, mulainya sih waktu gue bingung dapet pelajaran agama dari ustad yang satu ke ustad yang lain. Koq bedabeda," katanya. Makanya, Deddy yang sejak bocah sudah mengajar mengaji anak-anak di kampungnya, sempat kecewa.

"Akhirnya pas kawin, istri gue hamil, gue mikir. Makhluk kaya ape yang ade di perut istri gue. Bayangin, kita dikasih amanat, tanggungjawab lewat istri kita, makhluk yang tidak pernah kita kenal sebelumnya. Ini nyadarin gue, buat balik lagi mempelajari agama. Ini juga yang memperkaya batin gue," sambung Deddy.

Proses yang dialami Debby dan Hari, menjadi menarik karena keduanya pernah masuk ke dalam aliran yang menggegerkan umat Islam di Indonesia. Yakni aliran Islam Jamaah dan Kelompok Imron yang dinilai sesat itu.

Ketika sedang menggebu-gebu mempelajari Islam, Debby tersuruk aliran Islam Jamaah itu. Bahkan dia sempat menjadi menantu pemimpin aliran itu. Bahkan membuka pengajian yang diikuti juga oleh beberapa artis lain, seperti Keenan Nasution, Ida Royani, Benyamin S, dan lainnya.

"Setelah saya tahu itu sesat, saya keluar," katanya. Kini, dia mendirikan Yayasan Asalafush Saleh, bersama Keenan, Sitoresmi, Fariz R.M, Hari Sabar, dan sejumlah pemusik lain gang Pegangsaan yang merasa lebih kritis lagi dalam menerjuni musik. Melalui yayasan itu, kelak dis ingin mendidik remaja dan mahasiswa menjadi kader-kader mubalig paten.

Proses panjang yang memakan waktu lama itu, menurut Ebiet, akan makin membuat kita matang. Karena makin umur dan pengalaman bertambah, maka makin matanglah dia.

"Semakin terlihat campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita," tutur Ebiet. Atau seperti kata Iwan Fals, hidupnya secara mental makin aman. "Biasa, kalo secara mental aman, secara fisik juga aman," kilah Iwan.

Kendati begitu, untuk mencapai ke tahap itu, masih dibutuhkan hijab (pencerahan -red), yang membuka sukma dan jiwa. Melakukan pencarian, juga butuh pengorbanan.

Misalnya, tidak melakukan hal-hal yang menyenangkan, tapi dibenci Tuhan. Termasuk diketawain orang dan dituding munafik. Itulah risiko. Tanpa begitu, apa sih artinya pencarian? (din)

Baca juga:Detasemen 81, Pasukan Elit yang Lahir Setelah Luhut dan Prabowo Lulus Sekolah Antiteror Jerman yang Dikenal Sulit

Artikel Terkait