Intisari-Online.com -Dibanding dengan mamalia darat lainnya, termasuk manusia, ternyata waktu tidur gajah lebih pendek. Sebuah studi terbaru menunjukkan, mamalia berbadan besar ini hanya punya waktu dua jam dalam sehari untuk tidur saat berada di alam liar.
Pada beberapa kasus, herbivora berbelalai ini bahkan tidak tidur dalam dua hari.
Dalam melakukan studi, para peneliti mengikuti dua gajah betina di Chobe National Park, Botswana. Masing-masing betina dilengkapi dengan alat khusus bernama “actiwatch”—semacam Fitbit yang bisa pakai di tangan—dan kerah dengan giriskop untuk memantau posisi dan berapa kali gajah tidur.
(Kejam! Salah Satu Gajah Tertua di Afrika Dibunuh Pemburu Menggunakan Panah Beracun)
Studi ini sejatinya merupakan bagian dari upaya untuk mencari tahu bagaimana gajah hidup di alam liar. Selama ini, penelitian tentang gajah lebih banyak dilakukan di pusat penangkaran. Dengan studi langsung di alam liar diharapkan bisa meningkatkan upaya konservasi satwa liar, termasuk gajah, yang terancam punah.
“Seperti mendapatkan informasi lebih lanjut, ide-ide untuk konservasi akan menjadi lebih kuat karena ada data real yang mendukung,” ujar Paul Manger, penulis utama studi tersebut cum profesor ilmu saraf di University of Witwatersrand di Afrika Selatan.
Untuk penelitian ini, Manger dan rekan-rekannya secara khusus mengikuti dua gajah betina itu selama 35 hari. Dengan alat yang disebut actiwatch tadi, para peneliti bisa mengukur seberapa sering gajah itu memindahkan belalainya dalam sehari—momen yang biasa disebut dengan “peristiwa percepatan”.
Jika belalai tidak bergerak sama sekali selama tiga menit atau lebih, itu kemungkinan si gajah sedang tertidur. Berat belalai gajah Afrika bisa mencapai 122,4 – 131,5 kg, sehinga ia tidak akan berkedut atau flop. Sementara kerah dengan giriskop tadi akan mencatat posisi tidur yang paling disukai si gajah.
Hasil studi ini, sepeti tertulis sebelumnya, menyebutkan, gajah Afrika di alam liar lebih sedikit tidur dibanding gajah-gajah yang ada di penangkaran—dan jauh lebih sedikit dibanding mamalia darat lainnya. Penelitian sebelumnya mencatat, gajah di penangkaran bisa menghabiskan 3-7 jam untuk tidur. Studi ini juga menguatkan studi kecil sebelumnya yang menyebut, gajah di alam liar hanya butuh waktu 0,67-2 jam untuk tidur.
“Perbedaan tidur gajah di alam liar dan di penangkaran mungkin ada hubungannya dengan makanan,” ujar Manger. “Semakin besar ukuran tubuh si gajah, semakin banyak makanan yang mereka butuhkan.”
Manger dan rekan-rekannya berharap bisa melakukan penelitian serupa pada gajah jantan. Tak seperti betina yang berkeliaran di tempat yang nisbi terbatas, gajah jantan punya jangkauan yang lebih jauh, membuatnya rumit untuk diteliti. Mereka juga berhasrat mempelajari beberapa betina dalam kelompok yang sama, untuk melihat apakah para betina itu mendapat jatah “jaga” di kelompoknya itu.
Di seluruh Afrika, gajah berada dalam kondisi yang memprihatinkan lantaran perburuan dan pertumbuhan populasi manusia. populasi semua gajah telah menurun drastis dari 1,3 juta pada 1970 berkurang menjadi 500 ribu untuk saat ini.
Studi ini diharapkan bisa memberi sumbangsih dalam proses konservasi gajah liar di seluruh Afrika—bahkan dunia.