5 Hal yang Wajib Diperhatikan Jika Ingin Menyusun Rencana Keuangan Secara Syariah

Ade Sulaeman

Editor

Begini Cara Menyusun Keuangan Secara Syariah
Begini Cara Menyusun Keuangan Secara Syariah

Intisari-Online.com - Anda tertarik melakukan perencanaan keuangan secara syariah? Tentu saja, cara menyusun rencana keuangan secara syariah berbeda dengan perencanaan keuangan konvensional.

(Salah Kaprah Sarapan Ini Dapat Menaikkan Berat Badan tapi Kita Bisa Memperbaikinya)

Ingat, dalam menyusun perencanaan keuangan secara syariah, Anda harus mendahulukan kebutuhan yang wajib daripada yang sunnah. Ini dia langkah-langkahnya.

Dana darurat

Sama seperti penyusunan rencana keuangan konvensional, dana darurat tetap merupakan prioritas utama untuk dipenuhi. Jadi, sisihkan sebagian penghasilan untuk dana darurat.

(Begini Cara Menyusun Keuangan Secara Syariah)

Seperti biasa, jumlahnya minimal sebesar dua belas bulan pengeluaran untuk yang sudah berkeluarga dan minimal tiga bulan pengeluaran untuk yang masih single.

Menurut Direktur dan Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Asad, dalam Islam, kepala keluarga wajib mempersiapkan dana darurat bagi keluarga.

Yang harus diingat, dana darurat ini harus ditempatkan di instrumen syariah, misal tabungan dari bank syariah atau deposito syariah.

Membayar utang

Dalam ajaran Islam, utang adalah sesuatu yang diperbolehkan, namun kalau bisa tidak dilakukan. Menurut ajaran Rasulullah SAW, orang Islam diperbolehkan berutang hanya bila benar-benar membutuhkan atau karena terpaksa.

(Rayani Air, Maskapai Penerbangan Syariah Pertama Milik Malaysia)

Karena itu, dalam perencana keuangan syariah, Anda disarankan memiliki utang seminimal mungkin. Bila Anda berutang, disarankan sesegera mungkin melunasi utang tersebut. Jadi, alokasikan sebagian pendapatan untuk membayar utang.

Cermati juga besar cicilan utang yang harus dibayar setiap bulan bila berutang atau mengajukan kredit. “Persentase 30% dari penghasilan untuk batasan utang masih bisa dipakai,” terang Tejasari.

Bayar zakat

Membayar zakat termasuk salah satu rukun Islam. Karena itu, dalam merencanakan tujuan keuangan secara syariah, unsur zakat, infak dan sedekah juga harus diperhatikan.

Ahmad Gozali, perencana keuangan dari Zelts Consulting, menyebut, dana zakat idealnya langsung disisihkan tiap mendapat penghasilan.

“Zakat penghasilan harus dikeluarkan sebelum menikmati penghasilan,” sebut Ahmad. Penghasilan ini bukan cuma gaji dari bekerja, lo. Hasil investasi juga harus dibayar zakatnya.

Selain zakat penghasilan, Anda juga tidak boleh lupa menyisihkan pengeluaran untuk membayar zakat fitrah di bulan Ramadan. Perhatikan juga dana pembayaran zakat fitrah yang harus dibayarkan oleh anggota keluarga yang menjadi tanggungan Anda.

Nantinya, bila pos penting dalam penyusunan rencana keuangan secara syariah sudah terpenuhi, Anda bisa mengalokasikan sisa dana untuk membayar infak dan sedekah.

Dana bagi anak

Ada dua kebutuhan anak yang menjadi prioritas dalam perencanaan keuangan syariah. Pertama, mempersiapkan dana pendidikan anak. Sebab, pendidikan merupakan hal wajib dalam Islam.

Anda bisa memanfaatkan asuransi pendidikan syariah untuk mempersiapkan dana pendidikan ini. Pilihan lainnya, reksadana syariah. “Investasi pada properti atau emas juga masih bisa,” kata Eko Endarto, perencana keuangan Finansia Consulting.

Kedua, mempersiapkan dana bagi pernikahan anak Anda kelak. Dalam Islam, orangtua wajib menikahkan anaknya. Jadi, orangtua yang melakukan perencanaan keuangan syariah perlu mengalokasikan sebagian penghasilan untuk biaya menikahkan anak.

Berapa besar dana yang perlu dialokasikan untuk kebutuhan anak ini? Sebagaimana perencanaan keuangan konvensional, Anda bisa mengalokasikan 10% dari penghasilan untuk kebutuhan investasi.

Umroh dan Haji

Menunaikan ibadah haji juga termasuk salah satu rukun Islam. Cuma, kewajiban menunaikan ibadah haji ini berlaku bagi umat Islam yang mampu. Karena ada ketentuan tersebut, menyiapkan dana untuk naik haji bukan prioritas utama.

Jadi, jika masih ada sisa dana dari penghasilan, maka Anda sebaiknya mengalokasikan dana tersebut untuk biaya naik haji. Jumlah investasi untuk biaya naik haji bisa disesuaikan dengan kemampuan Anda.

Anda juga bisa mengalokasikan dana untuk umroh. “Tapi jangan sampai keasyikan mempersiapkan umroh, dana buat naik haji malah tidak ada,” tegas Tejasari.

(Herry Prasetyo, Melati Amaya Dori)

Artikel Terkait