Intisari-Online.com - Sebenarnya menyusun rencana keuangan tidak sesulit yang dibayangkan. Hal yang paling (mungkin) membuat sulit adalah memulainya. “Memang susah di awal,” ungkap Benny Raharjo, direktur perencanaan dari Quantum Magna Financial.
Padahal, dalam kegiatan merencanakan keuangan semakin lama akan semakin terbiasa. Mereka menganggap perencanaan keuangan hanya cocok untuk orang kaya. Ada pula yang mengatakan bahwa hanya orang-orang yang sedang mengalami masalah keuangan saja yang harus secara ketat merencanakan keuangannya.
Pencatatan pengeluaran (juga pemasukan) selama satu bulan bisa dijadikan awal untuk merencanakan keuangan. Melalui catatan ini, dapat diketahui seberapa besar uang yang harus disisihkan untuk investasi.
Perlu ditekankan sebelumnya bahwa untuk dana investasi ini, Benny menyarankan dalam bentuk tabungan atau produk investasi lainnya. Boleh juga dalam bentuk asuransi, namun jarang dianjurkan. Investasi yang dihasilkan oleh asuransi tidak akan lebih besar dari tabungan.
Sebelum berinvestasi, Benny menyarankan untuk memiliki dana darurat. Perhitungannya sekitar 3 - 6 bulan pengeluaran bulanan Anda. Jumlah ini dilandasi fungsi dana darurat yang fungsinya untuk berjaga-jaga apabila sumber pendapatan utama tiba-tiba terhenti, misalnya tiba-tiba berhenti bekerja. Biasanya seseorang baru dapat memperoleh pekerjaan baru setelah 3 - 6 bulan menganggur.
Selanjutnya investasi dapat berupa dana pensiun apabila perusahaan Anda tidak memberikannya. Investasi berikutnya adalah dana kesehatan, yang lagi-lagi, apabila perusahaan tidak memberikan. Itu untuk mereka yang masih single, sedangkan untuk mereka yang sudah berumah tangga, asuransi jiwa sangat disarankan. Untuk yang single asuransi jiwa dapat dimasukan ke dalam investasi apabila ada pihak yang menggantungkan hidup pada dirinya (orangtua misalnya). Selain asuransi jiwa, untuk yang sudah berumah tangga dan sudah (atau akan) memiliki anak, tabungan pendidikan jangan sampai dilupakan.
Mengenai perbandingan besar investasi dengan pengeluaran rutin (juga untuk gaya hidup), Benny memberi angka 35% untuk investasi dan 65% untuk pengeluaran rutin. Asuminya adalah kebutuhan rutin manusia biasanya sekitar 65% dari total gajinya. Dari 35% investasi, sekitar 10% diprioritaskan untuk tabungan. Jumlah yang bisa saja lebih besar apabila merasa dana untuk kebutuhan rutin sudah lebih dari cukup.
Angka di atas masih dapat disesuaikan kembali. Apalagi itu merupakan angka minimal. Apabila sudah merasa memiliki penghasilan yang jauh di atas cukup, maka persentase dapat dibalik, 35% untuk pengeluaran rutin dan 65% untuk investasi (membayar hutang termasuk di dalamnya).
Dengan ditentukannya perencanaan keuangan, berikut persentasenya, maka Benny mengharapkan peserta menjadi lebih peduli terhadap kebutuhan hidupnya kelak beserta risiko yang akan mungkin terjadi. Muncul sebuah pola pikir, “Apabila dia sudah tidak mau (merencanakan keuangan), dia akan mengorbankan banyak hal,” ujar Benny.