Intisari-Online.com -Untuk bisa menabung, tentu saja prinsip dasarnya pemasukan lebih besar dari pengeluaran. Jika selama ini hampir tidak menyisakan uang buat ditabung, maka solusinya hanya dua: menambah penghasilan atau mengurangi pengeluaran. Jika menambah penghasilan tidak memungkinkan (sebagai karyawan misalnya), maka tinggal satu jalan. Ya, mengurangi pengeluaran. Bisa saja kita menyanggah, "Apa yang harus dikurangi?"
(Pasangan Muda Ini Menolak Berhura-Hura dan Rela Menabung Demi Keliling Dunia)
Oke, mari kita kupas soal pos pengeluaran ini. Ada empat pos berdasarkan skala prioritas. Pertama, kewajiban berderma atau kewajiban terhadap orang lain. Dalam Islam, misalnya, dikenal dengan zakat. Inilah pos pertama yang harus dibayarkan terlebih dahulu begitu menerima gaji atau penghasilan. Namun, bagi yang merasa belum mampu karena penghasilannya belum stabil, yang bersangkutan tidak dikenai kewajiban berzakat.
Prioritas kedua, kewajiban terhadap pihak ketiga, yaitu cicilan utang kita, semisal kartu kredit, cicilan mobil atau rumah. Agar tidak membebani anggaran rumah tangga, kewajiban ini total semuanya sebaiknya tidak melebihi 30% dari penghasilan bulanan.
(Masih Perlukah Kita Memelihara Kebiasaan Menabung?)
Prioritas ketiga, pengeluaran yang manfaatnya diraih di masa depan. Seperti tabungan dan membayar premi asuransi. Pos tabungan ini untuk mengatasi pengeluaran yang tidak terduga dan tidak terencana seperti menderita sakit yang butuh biaya pengobatan. Jadi, semacam dana taktis atau dana cadangan. Besarnya minimal tiga kali pengeluaran per bulan. Besaran ini semakin banyak bila keuangan kita belum stabil, bisa enam kali. Jika saat ini Anda sudah memiliki sejumlah dana tertentu sesuai kebutuhan dengan kebutuhan jumlah minimal dana cadangan, maka pisahkan dana ini ke dalam sebuah rekening tersendiri. Jika sama sekali tidak memiliki simpanan uang tunai, segeralah berusaha menyisihkan minimal 10% secara rutin setiap bulannya dari gaji atau penghasilan.
Prioritas terakhir, pemenuhan kebutuhan saat ini. Salah satunya belanja kebutuhan sehari-hari. Jadi pertanyaan, mengapa justru kebutuhan sehari-hari ini ditaruh sebagai prioritas terakhir? Soalnya, tiga prioritas sebelumnya punya konsekuensi besar. Misalnya saja soal kewajiban terhadap pihak ketiga. Jika tidak dilakukan, semisal menunggak pembayaran, kita terkena konsekuensi membayar bunga sekaligus denda. Hal serupa juga terjadi bila kita tidak atau terlambat membayar premi asuransi. Seperti diketahui, tidak membayar premi asuransi satu kali saja berisiko apa yang sudah kita bayar sebelumnya akan hangus.
Belanja untuk memenuhi kebutuhan saat ini bisa lebih fleksibel. Artinya, kita bisa leluasa melihat mana saja pos pengeluaran yang bisa dikurangi. Misalnya, penggunaan listrik atau air dibuat lebih efisien. Anggaran pembelian asesoris terutama bagi wanita bekerja dikurangi. Juga anggaran untuk menunjang hobi dipangkas. Lalu anggaran belanja makanan bisa ditekan dengan cara mengubah menu hidangan menjadi lebih sederhana.
Begitu juga dengan anggaran transportasi, kita bisa mengubah polanya. Misalnya, kalau dulu ke kantor naik mobil pribadi setiap hari, sekarang gunakan hanya ketika hujan. Di saat hari cerah, kita bisa menggunakan transportasi umum atau nebeng, tentunya dengan membayar sejumlah ongkos tertentu. Pakailah mobil pribadi hanya di hari Sabtu dan Minggu ketika berekreasi dengan keluarga, menghadiri resepsi perkawinan, dan sebagainya.
Sumber: Intisari Family Financial Planning