Advertorial
Intisari-Online.com- Jupiter adalah satu planet terbesar dengan medan magnet terkuat dalam Tata Surya kita.
Tak hanya itu, ia juga memiliki jumlah bulan terbanyak.
Baru-baru ini 12 bulan baru ditemukan mengelilingi Jupiter, sehingga jumlah totalnya menjadi 79 bulan/ satelit.
Penemuan oleh para astronom ini tidaklah disengaja dengan tujuan awal mencari Planet X atau Planet Sembilan di luar Pluto yang konon juga mengorbit ke Matahari.
Baca Juga:Konyol, Israel Tembak Jatuh Drone Rusia yang Ternyata Buatan Israel Sendiri
"Jupiter kebetulan berada di langit dekat dengan area penelitian kita," kata Scott Sheppard, pemimpin tim dari Carnegie Institution for Science sebagaimana dilansir dalam IFL Science, Selasa (17/7/2018).
Sheppard sebenarnya telah melihat bulan pertama pada 2017, tetapi masih membutuhkan waktu setidaknya satu tahun untuk sepenuhnya menandai orbit bulan-bulan baru.
Dua bulan di antaranya merupakan kelompok dalam yang berjarak dekat dengan Jupiter.
Mereka adalah bulan prograde yang mengorbit searah dengan arah Jupiter.
Untuk mengelilingi Jupiter, mereka memakan waktu kurang dari satu tahun Bumi.
Sementara itu, sembilan bulan lainnya dikelompokkan menjadi tiga kelompok yang lebih jauh/ kelompok luar.
Mereka adalah kelompok retrograde yang mengorbit ke Jupiter dalam gerak yang melawan arus (melawan arah gerak/rotasi Jupiter).
Tetapi ada satu bulan yang aneh di antara kelompok prograde dan retrograde.
Bulan yang aneh ini mengorbit Jupiter sekitar 1,5 tahun dan sangat kecil.
"Penemuan kami yang lain adalah bulan terkecil Jupiter berdiameter kurang dari satu kilometer," kata Sheppard.
Tim kemudian menjulukinya sebagai Valetudo, cicit perempuan dewa Romawi kuno Jupiter, yang merupakan dewi kesehatan dan kebersihan.
Seperti dua bulan bagian dalam, Valetudo mengorbit ke arah yang sama dengan putaran Jupiter.
Tapi orbitnya miring relatif terhadap planet, dan bergerak keluar dekat tiga kelompok retrograde.
Karena itu, Sheppard curiga bahwa tabrakan dengan Valetudo adalah penyebab di balik kelompok yang rusak, dan bahwa bulan yang aneh adalah reruntuhan bulan yang jauh lebih besar.
Semua bulan baru itu juga berukuran cukup kecil dengan kisaran diameter antara 1 hingga 3 kilometer.
Baca Juga:Intip Megahnya Hunian Baru Cristiano Ronaldo di Turin, Sewanya Rp600 Juta per Hari
Mempelajari bulan-bulan ini memungkinkan para peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pembentukan Tata Surya.
Misalnya, benda-benda ini sangat dipengaruhi oleh gas dan debu.
Baca Juga:Berasal dari Jarak 3,7 Miliar Tahun Cahaya, Seperti Apa Partikel Hantu yang Terlihat di Antartika?