Advertorial

Vladimir Putin dan Donald Trump Berdamai di Helsinki, Tapi Pasukan AS di Eropa Timur Malah Aktifkan Sistem Peperangan Elektronik

Agustinus Winardi
Agustinus Winardi
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Di kawasan Eropa Timur pada bulan Juli ini pasukan AS justru telah mengaktifkan sistem peperangan elektronik untuk ‘menyerang’ Rusia.
Di kawasan Eropa Timur pada bulan Juli ini pasukan AS justru telah mengaktifkan sistem peperangan elektronik untuk ‘menyerang’ Rusia.

Intisari-Online.com- Pada hari Senin (16/7/2018) di pertemuan puncak yang berlangung di Helsinki, Finlandia, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump menyempatkan diri bertemu serta menggelar jumpa pers ‘dalam suasana damai’.

Pada kesempatan itu kedua pemimpin negara membahas tentang campur tangan kekuatan militer mereka di Suriah yang berpotensi memicu bentrokan.

Putin juga menegaskan bahwa pemerintah Rusia sama sekali tidak mencampuri pemilu Presiden AS pada tahun 2016 yang selama ini dituduhkan oleh AS.

Sebaliknya Presiden Trump memuji Rusia yang telah sukses menyelenggarakan Piala Dunia 2018 tanpa mengalami insiden sedikit pun dan sama sekali bersih dari serangan teroris.

Baca juga:Bagi Bangsa Viking, Seni Perang Sudah Harus Diajarkan Sejak Kecil

Tapi terlepas pertemuan dua pemimpin negara yang tampak damai itu, di kawasan Eropa Timur pada bulan Juli ini pasukan AS justru telah mengaktifkan sistem peperangan elektronik untuk ‘menyerang’ Rusia.

Pasukan AS dari satuan 2nd Cavalry Regiment yang berpangkalan di Latvia, Lithuania, Estonia, dan Polandia secara terang-terangan telah melancarkan saber strike guna menangkal serangan sistem perang elektronik dari Rusia.

Sistem peperangan elktronik (electronic warfare) yang diaktifkan pasukan AS di Eropa Timur bahkan merupakan yang pertama kali sejak Perang Dingin antara AS-Rusia berakhir pada tahun 1990-an.

Tujuan militer AS mengaktifkan sistem peperangan elektronik beragam.

Antara lain untuk mengantisipasi saber strike dari Rusia secara dini, memantau pergerakan militer di Eropa Timur melalui jaringan satelit, meningkatkan kemampuan personel militer AS dalam penguasaan saber strike, dan melaksanakan latihan perang saber strike bekerja sama dengan pasukan negara-negara di Eropa Timur.

Kekuatan militer Rusia yang kini sudah berhasil menguasai sebagaian wilayah Ukraina (Crimea) memang membuat militer AS dan NATO makin tegang.

Apalagi Rusia sudah menggelar rudal-rudal S-400 yang paling ditakuti AS di wilayah Crimea dan bisa dengan mudah menghantam sasaran militer AS serta NATO yang sudah digelar di Eropa Timur.

Baca juga:Vladimir Putin: Selama Piala Dunia 2018, Rusia Gagalkan 25 Juta Kali Serangan ‘Hacker’

Artikel Terkait