Intisari-Online.com -Lebih dari seribu orang melakukan saweran untuk mendanai menaikkan memasang kembali billboard Australia Day yang menampilkan gadis berjilbab. Melalui situs Go Fund Me, mereka telah mengumpulkan uang lebih dari 100 ribu dolar AS (sekitar Rp1,3 miliar).
Billboard elektronik itu terpasang di Cbranbourne, tenggara Melbourne. Billboard dipasang oleh Pemerintah Victoria dalam rangka mempromosikan Australia Day 2017 di seluruh penjuru kota. Dalam billboard ini terpampang dua gadis berjilbab yang merayakan Australia Day tahun lalu.
(Halima Aden Telah Membuat Sejarah dengan Menjadi Kontestan Miss Minnesota Pertama yang Berjilbab)
Tapi sayang, billboard ini mendapatkan keluhan dari banyak orang. Sebagian orang bahkan menanggapinya dengan kasar. Billboard itu pun akhirnya diturunkan dengan beragam alasan—salah satunya soal keselamatan.
“Ada serangkaian keluhan, beberapa di antaranya bersifat kasar dan mengancam, yang ditujukan kepada QMS—yang bertanggung jawab atas pemasangan billboard tersebut,” ujar Menteri Victoria untuk Urusan Multikultural Robin Scott, seperti dilaporkan ABC News.
Terkait hal ini, direktur kreatif eksekutif kampanye ini, Dee Madigan, langsung membuat inisiatif baru. Melalui Go Fund Me ia mencoba mengumpulkan uang supaya kampanye ini bisa terlaksana, supaya billboard itu bisa dipasang lagi.
Ide pemasangan kembali billboard ini, menurut Madigan, adalah untuk menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Australia bukanlah masyarakat yang rasis.
“Aku benar-benar marah. Ini adalah foto dua gadis Australia yang merayakan Australia Day,” ujar Madigan kepada ABC Radio Melbourne. “Saya bersama komunitas Islam di sini. Mereka yang melakukan itu adalah terkutuk.”
Kampanye ini awalnya hanya menargetkan 50 ribu dolar AS, tapi itu sudah tercapai hanya dalam dua jam. Dan kini, kampanye itu telah mengumpulkan uang sebesar 100 ribu dolar AS. Madigan sendiri masih membuka pintu jika ada yang hendak mengulurkan sumbangan.
Komunitas Islam Australia ketakutan
Ancaman yang terjadi terkait pemasangan baliho itu, menurut Komisi Keberagaman Victoria Helen Kapalos, sempat memunculkan ketakutan yang sebenar-benarnya. Bagaimanapun juga, mereka belum pernah menerima teror semacam itu.
“Rasisnya adalah siklus, tapi rasisme seperti kemarin (tentangan terhadap baliho) belum pernah ditemukan sebelumnya, dan saya percaya bahwa harus ada kampanye yang berkelanjutan,” ujar Kapalos.
Kapalos sendiri berniat membuat kampanye yang intinya menegaskan bahwa Australia aman bagi warga kemonutas Islam.