Advertorial
Intisari-Online.com -Banyak anak yang ketika dewasa menjadi orang berpengaruh dan berprestasi akibat didikan oleh orangtuanya yang begitu disiplin dan keras.
Ya, meski di zaman sekarang upaya mendisiplinkan anak itu bisa disebut sebagai tindakan kekerasan, sih.
Misalnya saja penyanyi pop legendaris yang mendunia Michael Jackson ketika masih kecil mendapat perlakukan yang demikian keras dan penuh tekanan agar kelak bisa menjadi penyanyi tingkat dunia dan ternyata memang berhasil.
Pun dengan Presiden RI pertama Soekarno.
Selain mendapat gemblengan oleh perjalanan sejarah yang keras dan penuh perjuangan, di masa kecilnya ia kerap diperlakukan keras bahkan ‘kejam’ oleh ayahnya agar menjadi anak yang disiplin.
Ayah Bung Karno,yang berprofesi sebagai seorang guru dengan gaji pas-pasan, memiliki keyakinan jika anaknya kelak akan jadi orang besar yang berpengaruh.
Pasalnya Bung Karno yang dilahirkan 6 Juni 1901 bersamaan dengan terbitnya matahari dan meletusnya Gunung Kelud, yang dalam tradisi Jawa pertanda alam yang menyertai lahirnya seorang anak laki-laki, merupakan pertanda bagus.
Bayi yang bersangkutan jika sudah besar kelak akan jadi orang berpengaruh.
Tapi dalam perjalanan kehidupannya anak bersangkutan juga harus berada di bawah bimbingan dan gemblengan orangtua yang memahami tanda-tanda alam tersebut.
Ayah Bung Karno yang meyakini anak laki-lakinya akan jadi orang besar lalu menerapkan cara mendidik anak yang keras dan penuh disiplin.
Misalnya Bung Karno di saat kecil harus bisa hidup apa adanya sesuai penghasilan yang diperoleh orangtua.
Ia tidak bisa jajan hanya sekedar beli permen karena memang tidak pernah memiliki uang saku.
Bung Karno juga sudah diajari membaca dan menulis oleh ayahnya secara dini sebelum masuk Sekolah Dasar.
Tapi yang paling keras adalah pendidikan soal disiplin, misalnya Bung Karno harus pulang tepat waktu ketika sedang bermain.
Jika sampai terlambat pulang ia akan dihajar habis-habisan oleh ayahnya menggunakan pukulan rotan di pantatnya.
Suatu kali Bung Karno yang jarang sekali mendapat menu berlauk ikan berusaha mencari sendiri ikan di sungai.
Tapi meski berhasil mendapatkan ikan besar dan berharap ayahnya senang, ia tetap mendapatkan hajaran pukulan rotan karena terlambat pulang.
Sebenarnya jika merasa bersalah Bung Karno selalu meminta maaf ke bapaknya.
Tapi demi menegakkan disiplin, hajaran pukulan tongkat rotan tetap mendarat di pantat Bung Karno.
"Aku anak yang berkelakuan baik, tetapi Bapak menghendaki disiplin yang keras dan cepat marah kalau aturannya tidak dituruti," ujar Bung Karno seperti ditulis dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Edisi Revisi, Media Pressindo, 2014.