Intisari-Online.com – Seorang ibu muda mencubit lengan kanannya sendiri keras-keras. “Sakit. Berarti aku ndak sedang bermimpi,” katanya pada diri sendiri. Ia berbuat begitu, karena setengah percaya, anaknya yang masih belasan tahun kok divonis menderita hipertensi. “Hipertensi ‘kan penyakit Opa-oma?” cetusnya sambil geleng-geleng kepala.
(Kurang Gizi Saat Anak-anak Akibatkan Hipertensi Saat Dewasa)
Itulah sulitnya. Si ibu telanjur percaya, hipertensi itu penyakit manusia “berjam terbang” tinggi. Padahal, meski kasusnya jarang terjadi, serangan penyakit darah tinggi pada anak-anak bukannya tak mungkin. Cuma, berbeda dengan hipertensi pada orang dewasa, serangan pada anak-anak tidak mampir begitu saja.
Hanya sebagian kecil anak yang membawa bakat hipertensi esensial (sudah menderita hipertensi sejak usia dini). Namun, kalau benar dipunyai, hipertensi esensial atau ginjal keracunan timble (lead nephropathy) bisa sangat berbahaya. Kendati sudah diobati, akan tetap mengantar anak mengidap darah tinggi sepanjang hidupnya.
Pada anak yang tak menyimpan bakat hipertensi, darah tinggi bisa mendadak muncul, misalnya pascabedah salurah kemih, cangkok, dan pascabiopsi ginjal. Bisa juga bila ada kelainan darah hemolytic (sel darah merah gampang pecah), atau ketika terserang peradangan ginjal glomerulonephritis acuta (GNA) yang dapat berkembang menahun.
(Banyak yang Tak Sadar dengan Hipertensi)
Hipertensi biasanya memang berkunjung pada anak yang punya masalah dengan ginjal, pembuluh darah, atau kelenjar anak ginjalnya. Jadi, jika anak Anda pernah punya riwayat bergulat dengan penyakit ginjal, waspadalah. Termasuk kalau pernah punya tumor ginjal, selain ginjal yang terendam (hydronephrosis).
Kelainan pembuluh darah juga dapat mendatangkan hipertensi. Misalnya, kelainan aorta atau arteri dalam ginjal sendiri. Pun bila ada kelainan pada bentuk pembuluh darah ginjal, atau pembuluhnya meradang. Kalau bukan di ginjal atau pembuluh darahnya, penyebab hipertensi mungkin juga datang dari anak ginjal suprarenalis.
Infeksi ginjal pyelonephritis, yang tak cepat diobati sehingga menjadi penyakit menahun, juga dapta memicu datangnya hipertensi. Demikian pula bila anak mengidap tumor otak, perdarahan otak, dan radang selaput otak (meningitis).
Pascaradiasi ginjal, atau lama mengonsumsi obat golongan glucocorticoid, dipercaya pula membuat anak-anak terkena darah tinggi. Termasuk pemakaian obat-obatan tertentu, khususnya golongan corticosteroid (antiinflamasi), reserpin (antihipertensi), dan amphetamine.
(Cara Mudah Mencegah Hipertensi)
Bahaya hipertensi sesaat juga mengancam anak-anak yang mengalami lu ka bakar, kelumpuhan kedua tungkai akibat Gullian-Barre, atau terserang alergi obat berat Sindrom Steven-Johnson. Hal senada terjadi pada anak leukemia, muntah, dan dehidrasi selain akibat kelebihan natrium (garam dapur), atau keracunan merkuri (Hg), serta pada saat terjangkit polio.
Selama gangguan ginjal hanya sesisi, hipertensi biasanya pulih setelah penyebabnya disingkirkan. Untuk itu perlu terapi antibiotika, atau bedah tumor, perbaikan gangguan pembuluh darah kalau memungkinkan, serta menghentikan pemakaian obat yang berpengaruh buruk pada ginjal.
Hipertensi pada anak bisa dilacak lewat lebih dari sepuluh jenis pemeriksaan laboratorium, di samping pemeriksaan urine. Dokter perlu memeriksa bola mata bagian dalam (funduscopy), selain meminta foto paru-paru, foto kontras ginjal (intravenouspylography), foto aorta (aortgraphy), serta rekam jantung (electrocardiography). Sekarang, dengan USG (ultrasonography) dan MRI (magneticresonanceimaging) pelacakan itu jadi jauh lebih mudah.
Seperti pada orang dewasa, hipertensi berat dan lama pada anak juga berkomplikasi pembengkakan jantung (decompesatio cordis), kerusakan otak (encephalopathy), dan pembengkakan bintik buta (papil oedem) pada mata.
Itu sebabnya, hipertensi anak perlu dijinakkan. (dr. Handrawan Nadesul)