Intisari-Online.com -Seolah tak pernah jera, kajadian kekerasan dan penganiayaan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP)kembali terulang. Kali ini yang menjadi korbannya adalah Amirullah Adityas Putra. Pemuda 18 tahun itu meninggal setelah dianiyaya oleh senior-seniornya.
Soal kasus kekerasandi STIP ini, harap menjadi perhatian bahwa kedisiplinan tak lahir dari kekerasan. Alih-alih berdisiplin, yang dihasilkan dari sistem seperti ini hanyalah mental pendendam dan pengecut.
(Kasus-kasus Kekerasan di STIP dalam 10 Tahun Terakhir)
Sialnya, cara mendidik dengan kekerasan tak hanya dipraktikkan oleh lembaga pendidikan tapi juga oleh orangtua. “Hukuman fisik juga dianggap wajar oleh orangtua, mungkin karena mereka juga mengalami hukuman fisik semasa kecil,” ujar Roslina Verauli, psikolog anak dan keluarga di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Anak yang menerima perlakukan kasar, baik dari orangtua ataupun institusi pendidikan, ujar Vera, cenderung menyimpan dendam dalam hati. Dendam ini sendiri sifatnya seperti bom waktu, yang pada banyak kasus akan meledak pada masa-masa tertentu.
Pada kasus STIP, ketika seorang peserta didik mendapatkan kekerasan dari seniornya, seketika itu akan muncul dendam dalam dirinya. Dendam itu bisa dilampiaskan kepada seniornya saat itu juga, bisa juga pada adik tingkatnya kelak. Seperti itulah dendam.
“Anak yang mendapat hukuman fisik, ketika dewasa juga cenderung sering berpikir negatif dan agresif terhadap orang lain. Mereka akan mudah melampiaskan kemarahannya terhadap orang lain. Ia pun gampang tersinggung dan kerap menimbulkan perdebatan ketika diajak berbicara,” tulis Intisari edisi Extra September 2013.
Selain dendam, dampak yang bisa ditimbulkan dari sistem pendidikan ful-kekerasan adalah anak bisa tumbuh menjadi orang yang anti-sosial dan cenderung menghindari dari orang lain. Rasa empatinya terhadap sesama juga kian menipis. Mereka juga akan menjadi pribadi yang penakut dan tidap PD.
Lebih dari itu semua, kekerasan dalam pendidikan bisa menyebabkan kematian. Kematian Amirullah adalah contoh terbarunya. Sekarang Amirullah, besok-besok bisa anak kita yang menjadi korbannya.