Intisari-Online.com - Pada tahun 1996 dilakukan suatu penelitian yang melibatkan lebih dari 5.600 remaja berusia 12 hingga 18 tahun yang pernah menjalin hubungan minimal satu kali dengan pasangan berlainan jenis. Dari jumlah tersebut, sepertiganya menyatakan pernah mengalami kekerasan saat berkencan, termasuk pelecehan emosi dan fisik.
Mereka ditanya apakah mereka pernah disebut nama, dihina atau diperlakukan tidak hormat oleh pasangan mereka. Mereka juga ditanya apakah mereka pernah diancam dengan kekerasan, dorongan atau dilempari sesuatu oleh pasangan mereka.
Lima tahun kemudian, mereka diminta untuk menjawab pertanyaan apakah mereka melakukan perilaku-perilaku yang dianggap terkait dengan perilaku tidak sehat mereka saat berkencan. Ternyata, dibandingkan dengan wanita-wanita yang menjalani hubungan yang sehat, para wanita yang melaporkan dirinya mengalami kekerasan saat berkencan ketika remaja cenderung untuk mabuk saat pesta, memiliki gejala depresi, merokok dan berpikir tentang bunuh diri saat mereka dewasa muda.
Sebaliknya, pada pria, dibandingkan pria yang memiliki hubungan yang sehat, pria yang melaporkan mengalami kekerasan saat berkencan di waktu remaja cenderung untuk menjadi antisosial, berpikir untuk bunuh diri, dan menggunakan ganja saat mereka dewasa muda.
Mereka, baik pria maupun wanita, yang menjalani hubungan dengan kekerasan fisik saat remaja juga memilki kecenderungan dua atau tiga kali lebih besar untuk menjalani hubungan dengan kekerasan juga saat berusia 18 hingga 25 tahun.
Menurut Deinera Exner-Cortens, salah satu peneliti dari Cornell University di New York, Amerika Serikat, “Anak dan remaja harus tahu apa artinya menjalani hubungan kencan yang sehat.” Selain itu, masih menurut Exner-Cortens, orangtua, guru dan penyedia layanan kesehatan juga harus mengambil peran dalam mendorong terciptanya hubungan yang sehat serta memberi contoh bagaimana memberi rasa hormat, kepercayaan, dan komunikasi yang terbuka saat menjalin hubungan.
Dengan kata lain, berilah mereka kalimat “Lakukan apa yang saya katakan dan lakukan apa yang saya lakukan” saat mengajarkan anak tentang contoh hubungan yang sehat. (WebMD)