Intisari-Online.com - Berhenti merokok belum tentu langsung terbebas dari semua efek buruknya. Efek rokok tetap bertahan meski berhenti puluhan tahun. Selain itu, rokok juga memengaruhi ekonomi.
Rokok menimbulkan kerugian ekonomi globar yang jauh di atas pendapatan dari cukainya. Menurut studi yang dilakukan Organisasi Kesehaan Dunia dan Institut Kanker Amerika Serikat, merokok menimbulkan kerugian ekonomi global hingga AS$ 1 triliun per tahun. Bandingkan dengan pendapatan global dari pajak tembakau yang menurut perkiraan WHO sekitar AS$269 miliar sepanjang 2013 sampai 2014.
(Ini Dia Cara Bimbim Berhenti Merokok.)
Sekitar 80 persen perokok tinggal di negara-negara berpendapatan rendah hingga menengah. Meski prevalensi merokok turun dalam populasi global, total jumlah perokok meningkat di seluruh dunia.
Selain itu, menurut riset baru yang dipublikasikan di jurnal American Heart Association, merokok ternyata meninggalkan jejak pada genom manusia dalam bentuk metilasi atau penambahan gugus metil pada asam deoksiribo nukleat (DNA).
Temuan baru itu menunjukkan bahwa metilasi DNA bisa menjadi tanda penting yang mengungkap sejarah merokok seorang individu dan memberi para peneliti target baru untuk menemukan terapi-terapi baru.
(Ingin Berhenti Merokok? Segera Latihan Yoga.)
"Hasil ini penting karena metilasi, sebagai salah satu mekanisme pengaturan ekspresi gen, memengaruhi apa yang diaktifkan gen, yang punya implikasi pada perkembangan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan rokok," kata Stephanie J. London, M.D., Dr.P.H., penulis hasil studi dan wakil kepala bagian epidemiologi Institut Ilmu Kesehatan Lingkungan Nasional pada Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat.
"Yang juga penting adalah kami masih bisa melihat efek rokok pada mereka yang sudah berhenti merokok melalui DNA mereka."
Bahkan setelah berhenti selama puluhan tahun, bekas perokok masih berisiko terserang penyakit seperti kanker, penyakit paru kronis, dan stroke.
Meski mekanisme molekuler yang bertanggung jawab untuk efek jangka panjang belum banyak dipahami, studi-studi sebelumnya mengaitkan tempat metilasi DNA dengan gen yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dan penyakit paru.
Para peneliti melakukan meta-analisis tempat metilasi DNA di seluruh genom manusia menggunakan sampel darah yang diambil dari hampir 16.000 peserta dari 16 kelompok Cohorts for Heart and Aging Research in Genetic Epidemiology (CHARGE), termasuk satu kelompok dari Framingham Heart Study yang sudah diteliti sejak 1971.
Para peneliti membandingkan tempat metilasi DNA pada perokok dan bekas perokok dengan mereka yang tidak pernah merokok.
Mereka mendapati tempat-tempat metilasi DNA yang berkaitan dengan merokok berhubungan dengan lebih dari 7.000 gen, atau sepertiga dari gen manusia yang diketahui.
Pada orang yang berhenti merokok, mayoritas tempat metilasi DNA kembali ke level yang tampak pada bukan perokok lima tahun setelah berhenti merokok.
Meski demikian beberapa tempat metilasi DNA masih bertahan bahkan setelah 30 tahun berhenti merokok.
"Studi kami menemukan bukti menarik bahwa merokok punya dampak jangka panjang pada permesinan molekuler kita, dampak yang bisa berlangsung lebih dari 30 tahun," kata Roby Joehanes Ph.D. dari Hebrew SeniorLife, penulis utama hasil studi dan dosen di Harvard Medical School di Boston, Massachusetts.
"Berita menggembirakannya adalah bahwa sekali kau berhenti merokok, mayoritas sinyal metilasi DNA kembali ke tingkat tidak pernah merokok setelah lima tahun, yang berarti tubuhmu berusaha memulihkan sendiri dampak membahayakan dari merokok," katanya dalam siaran American Heart Association.
Tempat-tempat metilasi DNA yang secara statistik paling signifikan berkaitan dengan gen yang berhubungan dengan sejumlah penyakit akibat merokok seperti penyakit jantung dan kanker tertentu.
Temuan tempat-tempat metilasi DNA terkait merokok memunculkan kemungkinan untuk mengembangkan penanda biologis guna mengevaluasi sejarah merokok pasien, serta pengobatan baru yang ditargetkan pada tempat-tempat metilasi itu.