Intisari-Online.com -Selama ini para perokok beranggapan dengan berhenti merokok maka para perokok akan berisiko meningkatkan berat badannya. Namun ternyata, merokok justru meningkatkan berat badan, karena memicu peningkatan kadar lemak dalam tubuh. Berikut penjelasannya!Seperti yang dilansir dalam dailymail, sebenarnya ada semakin banyak bukti bahwa merokok menyebabkan akumulasi lemak visceral yang lebih besar. Lemak visceral adalah jenis lemak beracun dari jaringan lemak yang mengelilingi usus dan bisa menjadi ancaman kesehatan yang serius. Semakin seseorang merokok, semakin besar kemungkinan mereka untuk menyimpan lemak di perut mereka. Berhenti merokok dan meningkatkan aktivitas aerobik serta melatih kekuatan dapat membantu meluruhkan lemak jenis ini dan mendapatkan massa otot.
Merokok membuat tubuh kurus adalah mitos.
Mengapa? Karena nikotin yang terkandung dalam rokok menghambat insulin, yaitu hormon yang memecah gula dalam darah. Merokok menyebabkan supply insulin dalam tubuh berkurang, sehingga “gula” tetap berada dalam aliran darah dan menciptakan kondisi hyperglycaemic; biasanya terlihat pada orang dengan diabetes dan kondisi yang memberikan perasaan 'lebih lengkap' pada perokok. Ini sebenarnya berbahaya dan merupakan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2. Nikotin bukanlah pembakar kalori. Di sisi lain, apabila kita ingin membakar kalori, upayakan berolahraga dengan membakar 200-600 kalori per jam serta menekan nafsu makan.
Kaitannya dengan obesitas.
Dikutip dalam womenhealthmags, penderita obesitas dan perokok, nyatanya mengalami penurunan kadar serotonin, yaitu zat kimia dalam otak yang mengontrol respon dari selera kita. Penurunan kadar serotonin tersebut ternyata dapat dapat menghalangi kemampuan Anda untuk mendeteksi rasa. Setiap perokok berat juga cenderung lebih sering mendambakan makanan yang tinggi lemak daripada non-perokok. Faktor ini mungkin cukup menjelaskan mengapa para perokok berat memiliki rasio pinggang dan pinggul lebih tinggi daripada non-perokok.