Advertorial
Intisari-Online.com - Demam aplikasi Tik Tok melanda Indonesia dan semua orang seakan berlomba-lomba menjadi yang paling populer di Tik Tok.
Sebenarnya, tak hanya anak-anak yang suka memainkannya tapi juga orang dewasa.
Sayangnya, begitu banyak laporan yang diterima oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika dan jumlahnya mencapai 2.853 laporan.
Ini menjadi salah satu alasan Kemkominfo memblokir aplikasi Tik Tok di Indonesia.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa beberapa pengguna aplikasi Tik Tok melakukan penyimpangan moral seperti membuat video dengan gerakan salat sambil berjoget diirngi musik.
Ada juga pengguna yang menggunakannya dengan baik dan benar, semata demi mencari hiburan.
Lalu ada sosok fenomenal bernama Bowo (Bowo Alpenliebe) yang aktif di Tik Tok dan punya ribuan followers serta jadi idola anak-anak kecil.
Saking terkenalnya, dia sampai memiliki banyak penggemar dari kalangan remaja dan anak kecil dan menggelar beberapa kali meet and greet dengan harga tiket yang membuat para orangtua kesal karena tarifnya cukup mahal.
Bahkan perilaku para penggemar Bowo ini juga sedikit berlebihan. Beberapa ada yang mengatakan rela jual ginjal demi bisa bertemu dan foto bersama Bowo.
Ada pula yang menganggap Bowo adalah segalanya dan hendak menjadikannya Tuhan.
Lalu, apakah Bowo serta merta menjadi pihak yang bersalah? Atau justru penggemar Bowo yang salah?
Untuk menjawab hal ini dari kacamata psikologi anak, Intisari telah menghubungi seorang psikolog anak dan keluarga Mira B. Amir.
Menurut Mira, 'kecanduan' terhadap aplikasi Tik Tok oleh anak-anak di Indonesia ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas dan media hiburan anak-anak di tanah air.
Saat dulu generasi 90-an mengenal berbagai hiburan di akhir pekan seperti film Saras 008, Panji Manusia Milenial, Jin dan Jun, dan puluhan judul film kartun, maka generasi milenial kini tak lagi mengenalnya.
Ketika hiburan di televisi terus tergerus tanpa ada inovasi terbaru khusus untuk anak-anak, inilah yang kemudian jadi incaran para kreator aplikasi di ponsel.
Tik Tok keluar menjadi salah satu alternatif hiburan yang bisa dibilang murah karena hanya bermodalkan internet dan juga bisa diakses kapan saja anak memiliki waktu luang.
Anak-anak, baik generasi zaman old mapun zaman now sama-sama memiliki tekanan dan stres mereka sendiri.
Stres karena tugas-tugas menumpuk di sekolah, stres karena kurangnya kawan bermain di rumah dan stres karena kurangnya waktu serta perhatian dari orangtua untuk mereka.
Lalu, orangtua yang harusnya berperan mengarahkan aktifitas anak-anak di waktu luang malah hanya 'memberi' anak-anak mereka ponsel dan berharap itu cukup untuk menghibur mereka.
Jadi, ketika mereka menemukan hiburan dari Tik Tok, dan khususnya video-video Bowo, salahkah mereka?
"Kebutuhan akan hiburan itu ada pada setiap orang, termasuk anak-anak," kata Mira.
Baca Juga:NASA: Jika Gunung Agung Meletus, Maka Itu Berita Bahagia Bagi Kehidupan Umat Manusia
Sementara itu dari sisi Bowo sebagai orang yang kemudian jadi sangat terkenal karena video Tik Toknya, Mira kembali memberi penjelasan yang sangat masuk akal.
"Selain butuh hiburan, semua manusia juga punya kebutuhan untuk menyenangkan diri sendiri. Untuk mendapat pengakuan dan pujian dari orang lain," lanjutnya.
Awalnya mungkin saja Bowo tak pernah bermimpi jadi terkenal atau sengaja membangun citra dirinya di Tik Tok.
Namun saat dia mendapat banyak apresiasi, seperti misalnya banyak yang mengikuti (follow) Bowo di Tik Tok dan Instagram, sebagai anak berusia 13 tahun jelas saja Bowo senang dan bangga.
Apalagi, jumlah follower media sosial kini seolah jadi 'kiblat' pertemanan anak-anak di zaman sekarang.
Menurut Mira, Bowo juga cukup cerdas dalam memainkan perannya di Tik Tok.
Bowo yang punya wajah tipe baby face ini memang cenderung lebih mudah menarik perhatian, khususnya lawan jenis dan wajahnya jugaterlihat bagus di depan kamera.
Dia juga selalu memilih lagu-lagu yang easy listening untuk dimainkan di videonya.
Jika kita berbicara tentang salah siapa, maka tak baik jika hanya menghakimi sebelah pihak. Bukan semata salah Bowo, bukan pula salah penggemar Bowo.
Tahukah Anda bahwa siapa yang bertanggung jawab paling besar atas penyimpangan aplikasi Tik Tok yang dilakukan oleh anak-anak?
Ya, orangtua mereka di rumah, tentu saja!
Orangtua kadang terlalu sibuk dengan dunia mereka, sibuk bekerja dengan dalih menyenangkan putra-putrinya dan mencukupi hidup mereka.
Tapi mereka lupa mencukupi waktu bermain bersama anak-anaknya.
Tingkat tekanan kerja yang tinggi membuat orangtua terlanjur lelah begitu tiba di rumah dan akhirnya anak-anak hanya berkawan gawai sepanjang waktu luang mereka.
Padahal dari gawai ini, semua bisa diakses termasuk aplikasi dan situs apapun yang mungkin belum waktunya dipelajari oleh anak-anak.
Jadi, berhentilah untuk menyalahkan satu sama lain dan mulailah menilai 'kurangkah waktuku bagi anak-anakku?'
Mira B. Amir menyarankan pada orangtua untuk lebih membatasi penggunaan gawai atau ponsel pada anak-anak jika memang mereka tak mau anak-anak melakukan penyimpangan di aplikasi dan media sosial lainnya.
Selain itu, luangkan waktu untuk sekedar bercerita atau bermain bersama mereka tanpa ada gadget yang terlibat.
Yuk, mulai mencoba lebih dekat dan singkirkan gadget saat sedang bersama anak-anak!
Baca Juga:Menurut Riset Sains, 4 Tanda Ini Merupakan Indikasi bahwa Ajal Kita Sudah Dekat