Intisari-Online.com -Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Begitulah ungkapan paling cocok untuk menggambarkan Kolisom, seorang ibu yang berjuang mengurus empat anaknya yang lumpuh layu.
Untuk diketahui, empat dari lima anak Kalisom dan Idris, yang tinggal di Desa Rabakodo, Kecamatan Woha, Bima, menderita lumpuh layu sejak kecil. Hanya satu yang tumbuh dengan kondisi fisik yang sehat dan normal. Keempat anak Kalisom itu adalah Bahrudin (45), Sahrudin (43), Jasman (41) dan Sriyati (35).
(Para Ayah, Yuk Berikan Hadiah Hari Ibu untuk Istri Tercinta dengan Memasak Makanan Rumah)
Mereka lumpuh layu akibat polio. Sepanjang hidup, mereka hanya terbaring di atas kasur di rumah mereka yang mungil.
Meski demikian, di usia yang kini tak lagi muda, keempatnya tak pernah putus asa dan kehilangan semangat hidup. Kalisom bercerita bahwa penyakit yang diderita anaknya bukan bawaan sejak lahir. Namun saat memasuki usia 9 hingga 10 tahun, gejala sakit mulai dirasakan.
Bahrudin, anak tertua, mengalami lumpuh sejak usianya sekitar 10 tahun—saat kelas tiga SD. Namun apalah daya, penyakit yang dideritanya membuat Bahrudin tidak bisa melanjutkan pendidikan. Begitu juga dengan Sharudin, Jasman, dan Siryati, ketiganya sempat tumbuh seperti bocah pada umumnya.
Namun mereka tiba-tiba kesulitan berjalan dan beraktivitas. Padahal, sebelumnya, empat bersaudara itu sehat dan gemuk.
“Gejala awalnya hampir sama. Ketika memasuki usia rata-rata 9 sampai 10 tahun, mereka mengalami demam tinggi, kemudian tiba-tiba kesulitan menggerakkan anggota tubuh, terutama bagian kaki untuk berjalan,” tutur Kalisom.
Kalisom yang kini sudah berpisah dengan suaminya mengaku berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengobati Bahrudin dan adik-adiknya. Mulai dari pengobatan medis hingga pengobatan tradisional, tetapi tidak membuahkan hasil.
Lantaran sudah tak lagi punya uang membuat Kalisom menyerah dengan penyakit yang diderita buah hatinya. Kini, pihak keluarga tak bisa membawa mereka ke rumah sakit dan memilih merawat anaknya di rumah. “Saya sudah tak punya uang lagi, anak-anak terpaksa saya rawat di rumah,” ujar Kalisom.
Ia mengaku tak memungkiri jika banyak bantuan yang datang dari berbagai pihak, terutama dari pemerintah provinsi dan Kementerian Sosial. Namun, selama dua tahun terakhir, bantuan yang seharusnya diterima setiap Oktober mulai tersendat.
Pemerintah Daerah, melalui Dinas Sosial, juga pernah mengirimkan bantuan tapi tidak secara rutin. Pemerintah juga pernah memberikan bantuan kursi roda saat kondisi fisik keempat orang itu tidak terlalu parah seperti sekarang ini.
Oleh sebab itu, Kalisom berharap pemerintah daerah memperhatikan lagi kondisi keluarganya. Sebab, pengeluaran untuk kebutuhan keempatnya anaknya yang lumpuh dirasakan cukup banyak. “Selain biaya makan dan minum, saya juga harus mengeluarkan biaya tambahan bagi orang yang membantu mengangkat mereka setiap hari saat keperluan ke kamar mandi hingga buang air,” kata Kalisom.