Advertorial
Intisari-Online.com - Meskipun berjanji untuk denuklirisasi, Korea Utara (Korut) melakukan 'perbaikan terus-menerus' yang berlangsung dengan cepat di Pusat Penelitian Ilmiah Niklir Yongbyon.
Gambar satelit baru menunjukkan Korea Utara telah membuat perbaikan yang cepat terhadap infrastruktur di Pusat Penelitian Ilmiah Nuklir Yongbyon.
Tempat itu adalah sebuah fasilitas yang digunakan untuk memproduksi bahan fissile kelas senjata, menurut analisis yang diterbitkan oleh kelompok pemantau 38 Utara, Korea Utara.
Gambar itu ditangkap pada 21 Juni, dengan foto-foto yang menunjukkan adanya modifikasi pada reaktor produksi plutonium di lokasi dan pembangunan beberapa fasilitas pendukung.
Baca Juga:Demi Cegah Peredaran Narkoba, China Eksekusi Mati Dua Bandar Narkoba di Depan Anak-anak
Itu adalah sebuah rencana jangka panjang yang sudah berlangsung sebelum Kim Jong Un dan Donald Trump bertemu di Singapura awal bulan ini.
Ketika dihubungi tentang analisis 38 Utara, Kementerian Unifikasi mengatakan mereka tidak dapat mengkonfirmasi laporan dan mengawasi dengan seksama.
Laporan itu menyatakan bahwa 'terus bekerja di fasilitas Yongbyon seharusnya tidak dilihat sebagai ada hubungan dengan janji Korea Utara untuk denuklirisasi'.
Tetapi, foto-foto itu menunjukkan bahwa Pyongyang terus melanjutkan pekerjaan seperti biasa kerika mereka ingin mempertahankan situs nuklirnya.
Menurut Jeffrey Lewis, seorang profesor diMiddlebury Institute of International Studies, "Tidak ada perubahan, yang sebenarnya adalah kisah yang cukup signifikan.. ini masih merupakan situs aktif yang memproduksi plutonium untuk Korea Utara."
Gambar-gambar itu sangat berbeda dengan pernyataan Trump bahwa rezim Korea Utara tidak lagi menimbulkan ancaman nuklir, meskipun pertemuan itu tidak membawa bukti bahwa Korea Utara akan menghentikan program nuklirnya.
Baca Juga:Tak Hanya Manuel Neuer, Ini 5 Blunder Paling Konyol dalam Sejarah Piala Dunia
Sekretaris Negara AS, Mike Pompeo. mengatakan bahwa Korea Utara tetap menjadi ancaman nuklir
Namun dia juga mengatakan, "Saya yakin apa yang dia maksudkan adalah kami mengurangi ancaman. Saya rasa tidak ada keraguan tentang itu. Kami menurunkan level ketegangan."
Tetapi, Trump telah berulang kali salah mengartikan sifat dari kesepakatannya dengan Kim.
Presiden AS tersebut bersikeras bahwa diktator Korea Utara telah setuju untuk memulai 'denuklirisasi total' segera.
Kenyataannya, dokumen yang Trump tandatangani dengan Kim pada pertemuan 12 Juni di Singapura hanya menegaskan kembali komitmen Korea Utara sebelumnya untuk "bekerja menuju denuklirisasi lengkap Semenanjung Korea".
Gambar baru yang dirilis hari Rabu selaras dengan penilaianMenteri Pertahanan James Mattisbahwa Pyongyang tetap dalam pola holding sebagai negosiator membahas langkah-langkah selanjutnya dalam pembicaraan.
Baca Juga:Kisah Tragis Operasi Barbarossa yang Mengerikan, Benarkah Rusia Tanah Terkutuk Bagi Jerman?