Pada usia 7 tahun, ia memberitahukan ayahnya bahwa dirinya ingin menjadi seorang petani, mendengar hal itu, sang ayah pun turut membantunya.
Mereka bersama-sama mengatur formulasi rencana untik mengejar mimpi Reza itu.
Reputasi pertanian global di Selandia Baru memang sangat menarik kala itu, dan setelah menempuh pendidikan beberapa kali di Singapura, Reza pun akhirnya diterima untuk melanjutkan pendidikan tahun terakhirnya di Glenfield College di Auckland.
Di sana, ia kemudian mempelajari ilmu pertanian di Massey University sebelum akhirnya menyelesaikan gelar masternya dan menjadi asisten manager di peternakan sapi perah di luar Hamilton.
Dalam waktu beberapa bulan menjadi asisten manager itu, ternyata Reza dipromosikan menjadi manager pertanian pada usia yang masih cukup muda, 22 tahun.
Saat itu, ia pun bertemu dengan Silvia, seorang wanita yang bekerja di bidang perbankan dan keuangan untuk Westpac di Wellington, yang kemudian pindah ke Hamilton dan bekerja di bank nasional, sebelum akhirnya bertugas di Kementerian Pembangunan Sosial dan menikah dengan Reza.
Keduanya pun dikaruniai lima orang anak.
Dalam memulai usahanya sebagai seorang peternak, Reza dan Silvia pun membeli 185 hektar tanah di Timur laut Invercargill pada 2007 silam.
Lalu membeli properti tetangga dan kini mengoperasikan dua peternakan sapi perah dan tiga blok pendukung.
Sebanyak lebih dari seribu ekor sapi diperah setiap harinya dalam peternakan tersebut.
Ini merupakan langkah besar bagi Reza, Silvia, dan kelima anak mereka.
Source | : | tribunnew.com |
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR