Intisari-Online.com- Gempa sebesar 6,4 SR mengguncang Aceh kemarin (7/12/2016). Gempa terletak pada kedalaman 10 Km Timur Laut, Kabupaten Pidie, Aceh. Ada banyak akibat dari gempa. Mulai dari potensi tsunami, kehancuran bangunan, sampai korban jiwa. Namun ternyata, salah satu akibat lain dari gempa adalah melambatnya rotasi Bumi. Mengapa demikian?
Hal mengenai melambatnya rotasi Bumi akibat gempa pernah dibahas ketika Jepang mengalami gempa 9 SR pada 11 Maret 2011. Menurut perkiraan United States Geological Survey, beberapa gempa yang terjadi di Jepang, terutama yang berkuatan besar menunjukkan dapat mengubah distribusi massa bumi. Sehingga Bumi berputar lebih lambat, sekitar 1,8 mikrodetik (sepersejuta detik).
(Baca juga: Gempa Aceh, The Ring of Fire, dan Status Indonesia Sebagai Kawasan Rawan Gempa)
Dari analisis menunjukkan gempa Jepang menggeser posisi sumbu Bumi (sumbu di mana massa Bumi Seimbang) sekitar 17 cm terhadap 133 derajat bujur timur. Pergeseran sumbu Bumi ini menyebabkan kekuatan eksternal di gravitasi matahari, bulan, dan planet-planet yang berdekatan dengan Bumi.
Sebagai perbandingan, tahun 2010 ketika Chile dihantam gempa berkekuatan 8,8 SR, poros Bumi bergeser sekitar 8 cm dan melambat sekitar 1,26 mikrodetik. Begitu juga ketika ketika gempa Aceh tahun 2004 yang berkuatan 9,1 SR membuat poros Bumi bergeser sekitar 7 cm dan melambat 6,8 mikrodetik.
Perubahan rotasi Bumi tergantung bagaimana ukuran gempa, lokasi, dan pergerakan lempeng Bumi. Selain gempa Bumi, efek melambatnya rotasi Bumi juga dipengaruhi oleh atmosfer dan arus samudera.
(Baca juga: Gempa Aceh: Mengapa Bumi Bergoyang?)
“Setiap tahun meningkat dan menurun satu milidetik,” kata Richard Gross, peneliti dari NASA.
Gross menambahkan, tambahan informasi ini tidak perlu membuat masyarakat khawatir. Sebab, perubahan rotasi dan angka sumbu Bumi adalah hal wajar dan bisa terjadi. “Perubahan rotasi Bumi karena gempa bumi tidak terlalu memiliki dampak dalam kehidupan kita sehari-hari,” jelasnya.