Intisari-Online.com- Suatu ketika, seorang pemuda mendapat warisan dari kedua orangtuanya. Sebelum sang ayah meninggal, ayahnya berpesan agar pemuda itu menjaga buku-buku tua ayah ini. Sebab, buku itulah harta yang tak terhingga.
Namun sepertinya, pikiran pemuda itu berbeda. Baginya harta berlimpah itu adalah uang yang banyak. Dan benar saja, tidak lama uang warisan tersebut habis dalam seketika.
Karena tidak punya uang, pemuda itu menjual beberapa benda yang ada di rumah orangtuanya, termasuk buku-buku tua miliki ayahnya. Kebetulan, ada temannya yang ingin membeli dengan murah.
Ketika buku dan beberapa barang terjual, hidup si pemuda juga tak kunjung berubah. Ia masih miskin dan tidak memiliki uang.
Suatu hari, ia tidak sengaja bertemu dengan temannya yang dulu membeli buku tua ayahnya. Bedanya kini kehidupan temannya itu sungguh makmur. Penasaran, si pemuda pun bertanya.
“Sepertinya hidupmu sangat makmur,” kata si pemuda.
Teman si pemuda tersenyum. “Ini semua berkat buku-buku tua yang aku beli padamu. Buku siapakah itu?” Tanya si teman.
“Buku ayahku. Memang kenapa?”.
“Buku-buku tersebut isinya tentang pelajaran kehidupan. Bahkan ada tips-tips tentang kehidupan yang sangat membantu. Semua yang aku dapatkan sekarang ini, karena buku-buku tersebut,” jawab si teman.
Mendengar itu semua, si pemuda pun menyesal. Menyesal karena tidak mendengar pesan ayahnya. Menyesal karena menganggap uang adalah segalanya.
Dalam hidup, kita selalu diberikan beberapa pilihan. Tidak ada salahnya kita jalani. Walaupun nanti pada akhirnya gagal, setidaknya kita punya nilai pembelajaran.
Janganlah takut pada masa depan. Karena lebih baik kita berjuang dahulu daripada menyesal di kemudian hari.