Mungkin saja disebabkan mesin ketik itu baru menyediakan huruf kapital saja.
Setelah diluncurkan mesin jenis Remington 2 yang menyediakan juga huruf kecil, penjualannya langsung lancar jaya.
Penggunaan QWERTY terus meluas dan populer sampai hari ini, namun bukan berarti tidak muncul alternatif susunan huruf baru.
Salah satu yang cukup andal adalah rancangan Profesor August Dvorak dari Washington State University tahun 1932.
Baca juga: KALQ Gantikan QWERTY?
Dvorak membagi susunan huruf vokal di kiri dan konsonan di kanan. Misalnya pada baris tengah tersusun abjad: AOEUIDHTNS.
Susunan seperti itu membuat kedua tangan pengetik dapat bekerja efektif dan mengetik juga jadi lebih cepat.
Ada sekitar 400 kata (dalam bahasa Inggris) bisa diketik hanya dari baris tengah saja, sementara QWERTY hanya mampu 100 kata.
Baris tengah Dvorak juga dikatakan sudah mencakup 70% dari seluruh pekerjaan, sedangkan QWERTY hanya 32% saja.
Menariknya, pada sistem QWERTY ternyata terdapat ribuan kata yang harus ditulis dengan tangan kiri saja.
Sedangkan tangan kanan hanya sekitar dua ratusan kata. Tentu buat mereka yang kidal hal itu sangat menguntungkan, tapi masalahnya populasi manusia di dunia tetap lebih banyak yang bertangan kanan.
Dvorak jelas lebih unggul, namun QWERTY lebih luas pemakaiannya.
Mungkin ini bisa menjadi bukti bahwa persoalan mengetik bukan semata-mata soal kemudahan dan kecepatan, tapi soal kebiasaan.
Untuk sekadar berubah kadang memang tidak mudah. (Dari pelbagai sumber/Tj- Intisari November 2008)
Baca juga: Sekarang Rekam Pesan Suara di WhatsApp Tak Perlu Tahan Tombol Lagi, Begini Caranya!
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR