Advertorial

Karena Perbedaan Golongan Darah, Khairul pun Mendobrak Keterbatasan

Moh. Habib Asyhad
K. Tatik Wardayati
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Pada transplantasi ginjal biasa, pendonor dan pasien diharuskan memiliki golongan darah yang sama. Namun, Khairul tidak.
Pada transplantasi ginjal biasa, pendonor dan pasien diharuskan memiliki golongan darah yang sama. Namun, Khairul tidak.

Intisari-Online.com – Pada transplantasi ginjal "biasa", pendonor dan pasien diharuskan punya golongan darah yang sama.

Jika tidak, otomatis "ginjal baru" itu akan ditolak mentah-mentah oleh tubuh si penerima. Tapi kasus Khairul Anwar Ibni (46] mematahkan anggapan itu.

Khairul pemilik golongan darah 0 rhesus + , sedangkan istrinya, Radiyah Mohamad Som (43), bergolongan darah A rhesus +.

Ini kasus pertama di Asia Tenggara, pendonor ginjal memiliki golongan darah yang berbeda dengan penerima.

Operasi dilakukan di rumah sakit Mount Elizabeth, akhir Mei 2008 oleh dokter spesialis ginjal dr. Lye Wai Choong.

Baca juga:First Lady Amerika Serikat, Melania Trump Jalani Operasi Ginjal

Prosedur transplantasi berbeda golongan darah ini dikenal sebagai transplantasi ketidakcocokan ABO.

Pertama kali dilakukan di Swedia tahun 1970-an, walaupun belakangan lebih sering dilakukan di Jepang (awal '80-an).

Di Amerika Serikat dan Eropa, prosedur ini diterima tahun 2000, meski baru sedikit rumah sakit mempraktikkannya.

Selain berisiko tinggi, transplantasi "tak biasa" ini mengharuskan persiapan matang, dan tentu saja duit tak sedikit.

Persiapan itu, misalnya bagaimana menghilangkan antibodi si penerima, dan bersiap melakukan transplantasi.

Baca juga: Minum 2 Sendok Ramuan Ini Secara Rutin, Batu Ginjal Anda Dijamin akan Segera Sembuh

Sedangkan biayanya gede karena membutuhkan alat canggih dan obat-obatan mahal. Asal tahu saja, biaya operasi transplantasi ginjal "biasa" sekitar Sin $ 60.000, sementara untuk ABO sekitar dua hingga tiga kali lipatnya.

Total jenderal, transplantasi yang dijalani Khairul itu bakal berongkos Sin $ 120.000, meskipun proses operasinya mirip transplantasi ginjal "biasa".

Berisiko tinggi

Selain biaya dan persiapan, transplantasi beda golongan darah menyimpan risiko lebih tinggi dibandingkan dengan transplantasi "biasa".

"Pada transplantasi ginjal biasa, kemungkinan berhasilnya 98%. Sedangkan dalam transplantasi ketidakcocokan ABO kemungkinan berhasilnya 85% - 90%. Makanya enggak banyak pasien yang mau menanggung risiko itu," bilang dr. Lye, seperti dikutip The Sunday Times.

Nah, Khairul termasuk satu dari sedikit pasien yang mau menanggung risiko. Apalagi operasi menjadi satu-satunya kesempatan bagi Khairul untuk bertahan hidup.

Baca juga:Pria Ini Membutuhkan Ginjal, Lalu Seorang Teman Sekelasnya dari 50 Tahun yang Lalu Bersedia Membantunya

Jantungnya sudah sangat lemah, sehingga jika tidak segera mendapatkan donor ginjal, diperkirakan hidupnya tak akan bertahan lebih dari 18 bulan.

Tak banyak dokter punya pengalaman melakukan operasi rumit ini. Menurut harian The Sunday Times, hanya ada empat dokter di Singapura yang ahli dalam hal ini, salah satunya dr. Lye.

Transplantasi ini tercatat sebagai terobosan penting bagi dunia kedokteran di Singapura.

"Dulu, banyak pasien yang tidak berkesempatan mendapatkan ginjal. Tetapi sekarang, dengan transplantasi ketidakcocokan ABO, kita dapat memiliki jumlah pendonor yang lebih banyak," kata James Tan, ahli bedah transplantasi ginjal.

Hal itu diamini dokter spesialis ginjal, Pary Sivaraman. "Sekitar 20 hingga 30% pendonor ginjal biasanya ditolak karena golongan darah mereka tidak cocok. Transplantasi (ABO) ini akan mendobrak keterbatasan itu."

Kabar terakhir menyebutkan, seperti dikutip dari situs online The Strait Times, operasi berjalan dengan sukses. Selamat Cik Khairul, semoga panjang umur. (Wijathany – Intisari September 2008)

Baca juga: Bak Pahlawan dan Sangat Inspiratif, Anak Kecil Ini Rela Donorkan Ginjalnya untuk Sang Ibu

Artikel Terkait