Di antara pengguna Facebook, peneliti melihat beberapa faktor seperti pada jumlah teman, banyaknya foto dan pembaruan status, jumlah posting di dinding dan pesan terkirim. Mereka pun tidak hanya melihat berdasar umur dan jenis kelamin, tapi juga status hubungan, lama waktu di Facebook, dan ponsel pintar yang digunakan.
Dari hasil amatan mereka, mereka yang sering akses Facebook namun juga rutin kopdar – bisa dilihat dari foto-foto yang menampilkan aktivitas sosial tatap muka – memiliki umur panjang paling banyak. Sedangkan yang hanya berinteraksi sosial, seperti menulis di wall dan pesan, memiliki hasil yang berkebalikan.
(Baca juga: Kesal dan Bosan dengan Hingar Bingar Pilkada di Facebook?)
Masih ada hal yang perlu kita perhatikan. Mereka yang menerima banyak pertemanan juga memiliki harapan hidup lebih lama. Sayangnya, tidak ditelisik bagaimana yang suka mengajak berteman. Ini sedikit mengecewakan sebab dalam dunia luring itu seperti orang yang aktif keluar rumah dan mencari teman sebanyak-banyaknya.
Hal itu lalu memunculkan pertanyaan, apakah itu berarti menjadi “populer” membuat kita hidup lebih lama? Bisa jadi. Menurut Hobbs dan Fowler, individu yang banyak disukai orang memiliki harapan usia lebih tinggi. Meski masih perlu penelitilan lanjutan.
“Hubungan antara umur panjang dan pertemanan sudah diidentifikasi oleh Lisa Berkman pada 1979 dan sudah diulang ratusan kali,” kata Fowler.
Tentu sekarang ini relasi itu menjadi sangat kuat dengan maraknya media sosial. Bahkan relasi sosial ini bisa dijadikan prediksi usia seseorang seperti merokok, dan lebih prediktif dibandingkan obesitas dan mager (males gerak).
Para peneliti berharap penelitian lanjutan akan semakin membuka tabir soal pengalaman sosial daring sebagai penjaga kesehatan.
“Apa yang terjadi pada Facebook dan jaringan media sosial lain sangat penting,” kata Fowler.
Nah, bagaimana jika penelitian itu dilakukan di Indonesia ya?
Source | : | bbc |
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR