Suami melarang Ati bekerja. Lulusan Institut Pertanian Bogor ini pun memendam segala potensi dirinya di balik dinding rumah, menjadi ibu rumah tangga biasa kendati tak segera dikaruniai keturunan. Setelah ibunya meninggal, perbedaan semakin terasa pada pasangan yang tak juga memiliki anak itu. Belakangan sang suami mengajukan cerai. Ati pun menerima dengan rela.
Ati yang selama hidupnya ditimang dalam pengasuhan orangtua dan perlindungan suami, tiba-tiba harus menjalani segala sesuatunya sendiri. Ayahnya meninggal hanya berselang empat tahun setelah ibunya wafat. Tak mau bergantung pada warisan, Ati pun mulai bekerja. Kariernya dimulai dari koperasi wanita di Jakarta. Tapaknya kemudian berlanjut pada sebuah badan nasional yang juga berkaitan dengan koperasi. Di sini Ati mendapat banyak kesempatan untuk mendapatkan pelatihan di luar negeri seperti Jepang dan Jerman. Ia merasa ia harus mengejar ketinggalan selama delapan tahun terkungkung dan terbatasi pernikahan. “Semua teman-temanku berkarier selepas lulus kuliah. Aku merasa harus mengejar ketertinggalanku,” katanya.
Karier Ati terus menanjak. Ia berpindah-pindah tempat kerja, menjadi konsultan untuk berbagai proyek ekonomi kecil dan menengah. Saat ini ia bekerja sebagai Program Manager pada salah satu lembaga donor asing yang bergerak di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Agar pekerjaannya semakin berkualitas, Ati pun kini mengambil kuliah Magister Manajemen di salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka.
Selama lima belas tahun hidup sendiri, Ati telah merancang kehidupan hari tua yang sempurna. Berbekal warisan orang tua dan sedikit tabungan ia telah mendirikan Sekolah Tinggi Ekonomi di Sukabumi, Jawa Barat, bersama kawan-kawan masa kecilnya. Setelah memasuki masa pensiun ia berencana mengajar di sekolah itu. Dalam rentang waktu ini pun, Ati sudah menjalani umroh dan naik haji. Ia merasa hidupnya right on track.
“Orang sering menyangka aku ini jauh lebih muda dari umurku yang sebenarnya. Bagaimanapun itu suatu pencapaian, ‘kan? “ kata perempuan berkulit kuning langsat ini sambil tersenyum.
Source | : | majalah intisari extra 2012 |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Hery Prasetyo |
KOMENTAR