Intisari-Online.com – Sampai hari terakhir menjelang pemilu Amerika digelar (9/11/2016), hampir sebagian besar penduduk dunia yakin Hillary Clinton yang akan terpilih sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat.
Apalagi, hampir tidak ada satu pun lembaga survei ataupun pengamat politik di berbagai belahan dunia yang memprediksi bahwa Donald Trump, seorang biliuner real estate yang sangat kontroversial akan berhasil mengungguli Hillary.
Namun, pada kenyataannya, segala macam prediksi tersebut terbantahkan pada Rabu (9/11/2016), pukul 02.30 dini hari waktu bagian timur AS.
Dengan keberhasilan melampaui 270 electoral votes, syarat untuk memenangi pemilihan presiden di Amerika Serikat, Trump resmi menjadi penghuni Gedung Putih selanjutnya setelah Barack Obama.
Salah satu titik balik terpenting dalam pesta demokrasi rakyat Amerika Serikat ini terjadi saat Trump berhasil unggul di Winconsin, Pennsylvania dan Michigan yang terkenal sebagai “Blue Firewall”.
Wilayah ini terkenal sebagai basis pendukung partai Demokrat yang mengusung Hillary Clinton. Bahkan, sebuah data menunjukkan bahwa sejak 1998, wilayah Winconsin dan Pennsylvania selalu memilih calon presiden yang berasal dari partai Demokrat.
Basis-basis Demokrat ini diisi dengan penduduk yang berkulit putih berkerah biru (blue collar) yang kebanyakan tidak berpendidikan ke jenjang universitas. Mereka diduga terpukau oleh iming-iming Revolusi Rust Belt dari Donald Trump.
Trump yang mengecam globalisasi dan perdagangan bebas, yang selama ini dianggap sebagai penyebab penduduk di wilayah ini kehilangan pekerjaan dianggap mampu mengembalikan pekerjaan sekaligus kesejahteraan mereka.