Intisari-Online.com – Pak Phil bersiap-siap pergi untuk meninggalkan kantornya, tetapi ia ingat bahwa istrinya memintanya untuk membelikannya satu sisir pisang. Ketika ia melangkah keluar, ia melihat seorang wanita tua di seberang jalan. Ia menjual pisang segar di trotoar.
Pak Phil biasanya membeli pisang dari toko kelontong yang jaraknya beberapa blok jauhnya dari kantor. Tapi karena ia terburu-buru ingin segera sampai di rumah hari ini, ia berpikir untuk membeli pisang dari seberang jalan saja.
Ia mendatangi wanita tua itu dan bertanya harga pisang yang dijualnya. Wanita tua itu menyebutkan harga 25 ribu rupiah untuk satu sisir pisang. Kata Pak Phil pada wanita tua itu,“Tapi di toko kelontong tempat saya biasa beli harganya hanya 20 ribu, dapatkah Adna memberikan untuk harga yang sama?”
“Tidak, Pak. Saya tidak bisa memberikan harga yang sama. Oke, saya bisa menjual pada Anda 23 ribu. Itu harga terbaik yang bisa saya berikan.”
Pak Phil berkata, “Sudahlah, lupakan saja.” Lalu ia menjalankan mobilnya menuju toko kelontong tempat ia biasa membeli pisang.
Ia masuk ke toko kelontong itu dan mengambil pisang yang baik. Ia pergi ke kasir untuk membayar harga pisang itu, tetapi ia terkejut ketika kasir mengatakan kepadanya bahwa harga satu sisir pisang 30 ribu. Katanya kepada kasir, “Saya telah membeli pisang dari sini beberapa tahun belakangan, tapi kenaikan harga ini benar-benar keterlaluan. Apakah Anda tidak bisa memberikan saya harga yang pantas untuk pelanggan setia?”
Manajer toko mendengar itu dan menghampirinya. Ia mengatakan kepada Pak Phil, “Maaf, Pak, tapi harga kami tetap, kami tidak ada tawar-menawar.”
Pak Phil merasa tidak nyaman dengan sikap tersebut. Ia berpikir sejenak dan menempakan kembali pisang itu. Ia kembali pada wanita tua tadi. Wanita tua itu langsung mengenalinya dan berkata, “Maaf, Pak, saya tidak bisa menurunkan harga lagi, saya tidak memperoleh keuntungan apapun.”
Pak Phil berkata, “Jangan khawatir tentang harga, saya akan membayar Anda 30 ribu untuk satu sisir! Sekarang, berikan saya dua sisir pisang.”
Kata wanita itu lagi, “Suami saya memiliki toko buah kecil tapi ia sakit. Kami tidak memiliki anak atau kerabat yang bisa membantu kami. Kami harus menjual tokonya untuk menutupi tagihan obat-obatan, sayangnya ia tidak bisa bertahan hidup.” Air mata wanita itu mengalir, lanjutnya, “Sekarang, untuk mendukung diri saya sendiri, saya mencoba untuk menjual apa yang bisa saya beli dan saya jual, jadi saya bisa bertahan pada sisa hidup saya.”
Pak Phil lantas mengatakan, “Jangan khawatir, Anda berbuat baik, dan mulai besok, saya hanya akan membeli pisang dari Anda. “ Ia mengeluarkan dompetnya dan memberinya tambahan 100 ribu dan berkata, “Ambillah ini, bawalah buah yang berbeda untuk dijual besok, pertimbangkan saja ini untuk pembayaran di muka buah-buahan yang akan saya beli dari Anda. Anda bisa mendapatkan lebih banyak jika Anda memiliki banyak pilihan buah-buahan untuk dijual.” Wanita tua itu mengucapkan terima kasih.
Kemudian, Pak Phil merekomendasikan kepada rekan-rekan kerjanya untuk membeli buah-buahan dari wanita tua itu. Dan dengan dukungan dari Pak Phil serta banyak pembeli lain, akhirnya wanita tua itu dapat hidup dengan lebih layak.
Sering kali kita memilih untuk pergi ke pusat perbelanjaan besar atau toko kelontong besar untuk belanja. Kita selalu membayar harga tetap tanpa tawar-menawar. Itu baik-baik saja karena kita memiliki pilihan dan orang-orang yang menjalankan bisnis mereka juga memiliki kewajiban. Namun, mari sejenak berpikir, mengapat kita tidak memiliki keberanian untuk tawar-menawar saat berbelanja di pusat perbelanjaan besar, tetapi mengapa kita mencoba menawar terus kepada pedagang kecil?
Mari kita berpikir bijaksana. Selalu membantu dan mendukung untuk seseorang yang bekerja keras untuk mendapatkan dan memiliki kebutuhan untuk itu. Mari ikut berpikir seperti apa yang dipikirkan oleh Pak Phil dan mengapa ia memutuskan untuk membeli dari wanita tua itu.