Intisari-Online.com – Ibunda Bing Slamet kebetulan baru datang dari Serang untuk menjenguk incu, cucu, yang hari itu berulang tahun. Kami tanyakan, sewaktu Bing Slamet masih kecil orang tuanya berharap ia kelak menjadi apa? Ibunya menjawab, "Orang tua sih maunya yang tinggi-tinggi. Ayah Bing Slamet Mantri Pasar, apa salahnya anaknya menjadi insinyur atau dokter?"
Bing Slamet menukas, "Tapi biar tidak menjadi dokter, saya 'kan sudah jadi pasien. Tidak kesampaian menjadi insinyur, yah lumayanlah jadi buruhnya." Kami semua tertawa. Bing Slamet rupanya mulai melawak.
Pengocok perut itu pernah mendapat pendidikan di sebuah sekolah teknik di Jakarta, tetapi lining di tengah jalan karena lebih tertarik pada musik dan perkumpulan sandiwara Pantjawarna. Temannya bermain antara lain Fifi Young.
Memang sejak di Sekolah Rakyat (SD) di Serang, Bing gemar menyanyi. Sampai-sampai oleh orang Belanda tetangganya diberi gelar "Abdullah Kecil". Abdullah adalah penyanyi piringan hitam yang terkenal di tahun '35 - an.
"Mungkin sudah nasib saya menjadi pelawak," katanya sambil tertawa gaya Bing Slamet, sehingga kami latah turut tertawa juga. Tingkah lakunya di rumah tidak banyak berbeda dengan di atas panggung.
Seandainya ada bintang jasa untuk pengabdian di bidang lawak, Bing Slamet yang berumur 36 tahun itu pasti kebagian. Sejak revolusi pecah di tahun 1945 sampai Trikora di tahun 1963, ia belum pernah absen menghibur prajurit-prajurit kita dengan nyanyiannya yang merdu dan seni lawaknya.
Tahun 1945 ia menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (B.K.R.) Divisi VI di bawah pimpinan Mayor Jenderal (kini) Soengkono. Kedudukannya di Mojoagung. Tugasnya menghibur pasukan sampai ke Pulau Madura.
Tahun 1947 ia masuk RRI Surakarta dan hingga sekarang ini masih bertugas sebagai pegawai RRI Jakarta seksi kesenian yang dulu dipimpin Sjaiful Bahri, kini dipimpin Iskandar. Sebelumnya ia pernah juga menjadi anggota ALRI bagian hiburan.
Panggilannya sebagai pelawak dipandangnya serius. Pada mulanya pernah sanak keluarga Bing Slamet keberatan ia naik panggung untuk membuat orang tertawa. Kepada mereka Bing Slamet bertanya, "Pekerjaan apa sih yang terbaik dan terburuk di dunia ini? Bukankah baik - buruknya tergantung dari cara kita melakukan pekerjaan itu?"
Lawak memiliki peranan mendidik, mendidik rakyat banyak dengan humor yang mengandung pengajaran dan sindiran membangun. Dari segi perikemanusiaan pun, bukankah mulia seseorang yang mampu menghibur sesamanya sampai tertawa tergelak-gelak selama beberapa jam, melupakan keluh-kesah kehidupan?