Intisari-Online.com – Selama ini, para ilmuwan meyakini kalau kecerdasan lumba-lumba hampir menyamai manusia. Menurut mereka, lumba-lumba begitu cerdas sehingga perlu diperlakukan sebagai ‘orang-orang—non-manusia”. Selidik punya selidik, mamala air merupakan makhluk hidup paling pintar kedua setelah manusia. Lalu, ada simpanse di urutan ketiga.
Menurut para ilmuwan, kecerdasan lumba-lumba bisa dilihat dari isi otaknya. Di dalam otak mereka terdapat banyak fitur yang terkait dengan kecerdasan tinggi. Saking cerdasnya lumba-lumba, para ilmuwan menganggap “memelihara” lumba-lumba di taman hiburan merupakan tindakan yang kejam. Tak hanya itu saja, memancing hingga memburu lumba-lumba untuk di makan juga termasuk tindakan yang kejam.
Lori Marino, ahli zoologi dari Emory University di Atlanta, Amerika serikat pernah berkata, terdapat kesinambungan psikologis antara manusia dan lumba-lumba yang bisa menimbulkan implikasi besar, dalam hubungan interaksi antara manusia dengan lumba-lumba. Ahli itu juga mengatkan kalau korteks dalam otak lumba-lumba memiliki lipatan yang rumit. Sama halnya korteks dalam otak manusia.
Kecerdasan lumba-lumba memang sudah lama dikenal oleh para ilmuwan. Bahkan, kecerdasan lumba-lumba melampaui simpanse yang selama ini dikenal sebagai hewan yang cerdas. Namun, sayangnya kepintaran simpanse hanya menyamai kecerdasan anak-anak berusia tiga tahun.
Lain lumba-lumba, lain pula simpanse. Menurut ilmuwan, lumba-lumba berjenis bottlenose merupakan lumba-lumba tercerdas. Mau tahu kecerdasannya? Lumba-lumba ini memiliki kepribadian yang berbeda dan peka terhadap lingkungannya. Bahkan, bottlenose juga berpikir layaknya manusia, yakni mereka memikirkan masa depannya. Mengangumkan bukan?
Dalam sebuah penelitian, bottlenose terbukti mampu mengenali diri mereka saat bercermin. Ketika itu pula mereka bisa memeriksa berbagai bagian tubuh mereka.
Kecerdasan lumba-lumba menuai banyak perhatian dari para ilmuwan. Contohnya dari Thomas White, professor of ethics di Loyola Marymount University di Los Angeles. Si profesor berpendapat, lumba-lumba memiliki hak layaknya manusia. “Lumba-lumba sebagai ‘Orang—nonmanusia’ memenuhi syarat sebagai individu yang paham akan konsep moral,” jelasnya.