Tarling: Saweran demi Pemeran (3)

Moh Habib Asyhad

Editor

Tarling: Saweran demi Pemeran (3)
Tarling: Saweran demi Pemeran (3)

Intisari-Online.com - Jika Anda menyempatkan hadir di Bentara Budaya Jakarta, dalam pergelaran kesenian tarling dua generasi tempo hari, ada yang khas dari pertunjukan itu. Adalah tradisi “sawer” yang rasa-rasanya sulit lepas dari kesenian khas Cirebon-Indramayu tersebut.

Seiring dengan berkembangnya waktu, tradisi tarling juga mengalami perubahan. Meski lebih modern dan ngepop, perubahan ini tidak serta merta menghilangkan rasa yang telah dihadirkan tarling dari waktu ke waktu. Termasuk di dalamnya nyawer.

Supali Kasim, penulis Tarling: Migrasi Bunyi dari Gemelan ke Gitar-Suling, pernah berujar, tradisi nyawer bermula dari kesadaran penonton yang berbelas kasih kepada nasib pemeran. Begitu juga ketika mereka mendengarkan tembang yang nelangsa. Sawer diberikan sebagai bentuk tenggang rasa dan kasih.

Semakin ke sini, sawer sedikit bergeser. Penyanyi tarling menyebut nama seseorang agar ikut berjoget dan kemudian memberi sawer. Ada juga, penonton yang meminta agar namanya sengaja dipanggil supaya bisa berjoget bareng artis. Beberapa artis tarling juga mempunyai triknya tersendiri untuk menggaet penyawer. Ada yang langsung turun panggung, mendatangi penonton berkantong tebal, menyebut namanya, dan ujung-ujungnya serah-terima uang sawer.

Jika Anda berkunjung ke Cirebon atau Indramayu, maka jangan segan-segan untuk sejenak menengok bagaiamana geliat kesenian tradisional dua daerah yang ada di pesisir utara Jawa ini.

Mau ikut nyawer? Silakan kok! (Warisan Budaya Wangsa Cerbon-Dermayu)