Rencana tersebut tampaknya kandas, paling tidak karena jajak pendapat menunjukkan tingkat elektabilitas Ani Yudhoyono sangat rendah, yaitu hanya hampir 4 persen.
Namun kembali ke tahun 2009, rencana suksesi tersebut dianggap serius. Seorang wartawan dipekerjakan khusus untuk menulis artikel tentang Ibu Ani di newsletter partai, tampaknya untuk meningkatkan profilnya.
Menurut The Australian, seandainya rencana itu berlanjut, hal itu tentu akan punya konsekuensi signifikan bagi politik Indonesia, dan tentu saja Australia.
Pengaruh Ibu Ani yang sedang naik ketika itu tidak terbatas pada suaminya. Dia juga mengerahkan kekuasaan terkait perubahan di kabinet SBY dan orang-orang di lingkaran dalam.
Kedubes AS mengidentifikasi dia sebagai pengaruh utama di balik keputusan SBY menyingkirkan wakil presiden Jusuf Kalla dari calon wakil presiden pada pemilu 2009.
Jika badan-badan intelijen, entah dengan cara bagaimana, bisa memantau hubungan Ibu Ani dengan elite politik Indonesia, hal itu bisa membantu Canberra untuk lebih memahami dinamika internal yang membentuk politik Indonesia.
Faktor lain dalam menyadap Ibu Ani diyakini karena peran aktif yang dia mainkan tahun 2009 dalam membangun konstituen politik di Indonesia. Karya belakang layarnya dipuji karena berperan mengamankan kemenangan SBY pada pemilu bulan Juli tahun itu dengan raihan suara 60 persen.
Menurut The Australian, para pengamat mengatakan, SBY, jika memungkinkan, lebih suka menyerahkan kepada istrinya dan para pembantu istrinya untuk menjangkau konstituen politik kunci.
"Ibu Ani mengontrol banyak hal ini, sebagian karena dia seorang penggerak dan SBY, sebagai Presiden, tidak ingin tangannya kotor," kata salah satu orang dalam.
Dengan memonitor ibu negara, badan mata-mata Australia juga berharap untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang posisi keuangan keluarga ibu negara Indonesia itu dan jaringan patronase yang mengalir dari situ.
Pada awal Juni 2006, para diplomat AS di Jakarta mencatat dalam sejumlah telegram mereka tentang upaya-upaya keluarga Presiden, "terutama ibu negara Kristiani Herawati ... untuk mendapatkan keuntungan finansial dari posisi politiknya. Ibu Negara Kristiani Herawati semakin berusaha untuk mendapat keuntungan pribadi dengan bertindak sebagai broker atau fasilitator untuk usaha bisnis ... Banyak kontak juga memberitahu kami bahwa anggota keluarga Kristiani telah mulai membangun perusahaan demi mengkomersilkan pengaruh keluarga mereka."
Dalam masalah keamanan, diyakini bahwa badan-badan intelijen Australia juga menaruh minat terkait link ibu negara itu dengan kelompok Islam saat dia berusaha untuk mengamankan suara dari kelompok itu bagi suaminya.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR